Jumat 19 Feb 2021 14:59 WIB

LPEM UI: Harus Cermat Membaca Indeks Ketahanan Pangan

Peneliti LPEM UI sebut status ketahanan pangan tak bisa dibanding hanya satu indeks

Seorang warga memanen sayuran Pakcoy yang ditanam menggunakan metode hidroponik, di Jati, Padang, Sumatera Barat. Status ketahanan pangan nasional tidak bisa disimpulkan hanya dengan menggunakan ukuran data Food Sustainable Index. Sebaliknya, status ketahanan pangan baru bisa diukur dengan menggunakan data Global Food Security Index.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Seorang warga memanen sayuran Pakcoy yang ditanam menggunakan metode hidroponik, di Jati, Padang, Sumatera Barat. Status ketahanan pangan nasional tidak bisa disimpulkan hanya dengan menggunakan ukuran data Food Sustainable Index. Sebaliknya, status ketahanan pangan baru bisa diukur dengan menggunakan data Global Food Security Index.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI), Riyanto menegaskan perlu kecermatan dalam membaca indeks status ketahanan pangan. Status ketahanan pangan nasional tidak bisa disimpulkan hanya dengan menggunakan ukuran data Food Sustainable Index. 

Sebaliknya, status ketahanan pangan baru bisa diukur dengan menggunakan data Global Food Security Index."Kita harus cermat dalam membaca indeks-indeks itu. Food Sustainable Index itu hanya mengukur keberlanjutan pemenuhan pangan dengan pertanian berkelanjutan, food loss, food waste dan kandungan gizinya. Sedangkan Global Food Security Index mengukur ketahanan pangan dari sisi ketersediaan keterjangkauan dan qualitas serta keamanan pangan pada saat index tersebut diukur," ujar Riyanto, Jumat (19/2).

Menurut Riyanto, adalah kekeliruan besar jika angka dan ukuran status ketahanan pangan nasional dilihat hanya dari kacamata satu index tertentu. Apalagi jika statusnya dibandingkan dengan negara sekelas Zimbabwe ataupun Ethopia.

"Sekali lagi saya katakan dua index ini mengukur dua hal yang berbeda. Keberlanjutan pangan memang penting, tapi jauh lebih penting lagi ketahanan pangan. Untuk soal ini, data GFSI  Indonesia terus meningkat. Produksi beras kita aman dan harganya juga terjangkau," katanya.

Sebagai informasi, Global Food Security Index mencatat status ketahanan pangan Indonesia secara keseluruhan mengalami kenaikan yang signifikan, dimana pada tahun 2016 Indonesia berada di peringkat 71, dan tahun 2019 meningkat di peringkat 62.

Nilai Indeks Keseluruhan pada data tersebut ditentukan dari tiga aspek, yaitu Keterjangkauan, Ketersediaan, Kualitas dan Keamanan. Aspek Keterjangkauan dan Ketersediaan untuk Indonesia meningkat cukup drastis sehingga menjadi aspek yang dominan mempengaruhi kenaikan nilai indeks secara keseluruhan.

Situasi ketahanan pangan nasional yang mengalami peningkatan dan semakin kuat juga dapat dilihat dari data yang dikeluarkan Global Hunger Index (GHI) 2020, dimana Indonesia menempati level moderate dengan skor 19,1, setelah sebelumnya masih berada di level serius dengan skor 20,1 pada tahun 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement