Jumat 19 Feb 2021 13:59 WIB

One Campaign: Negara Kaya Timbun Vaksin Covid-19

Negara kaya disebut membeli 1 miliar dolar vaksin untuk warga mereka.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Program vaksinasi putaran kedua digulirkan bagi penghuni panti Lillohjemmet di Oslo, Norway, Seni (18/1) dengan menggunakan vaksin Pfizer-BioNtech.
Foto: EPA
Program vaksinasi putaran kedua digulirkan bagi penghuni panti Lillohjemmet di Oslo, Norway, Seni (18/1) dengan menggunakan vaksin Pfizer-BioNtech.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Organisasi nonprofit yang bergerak di bidang pengentasan kemiskinan, One Campaign mengatakan, orang-orang dari negara miskin mungkin tidak dapat divaksin tahun ini. Sebab, negara-negara paling kaya di dunia telah membeli 1 miliar dosis vaksin untuk warga mereka sendiri.

"Kelebihan vaksin yang sangat besar ini merupakan perwujudan dari nasionalisme vaksin, negara-negara memprioritaskan kebutuhan vaksin mereka sendiri dengan mengorbankan negara lain dan pemulihan global," kata One Campaign seperti dikutip Aljazirah, Jumat (19/2).

Baca Juga

Tim kebijakan One Campaign menambahkan, perlu adanya 'perbaikan jalur distribusi besar-besaran' bila dunia ingin melindungi dan menyelamatkan nyawa saat jumlah kasus kematian terkait virus Corona mendekati 2,5 juta jiwa. Pemimpin negara G7 mengatakan siap memberikan kelebihan vaksin mereka.

Pada Rabu (17/2), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, sejauh ini hanya 10 negara yang memiliki 75 persen vaksin. Ia menggambarkannya 'sangat tidak merata dan adil'. Ia menambahkan sekitar 130 negara belum menerima satu dosis pun vaksin Covid-19.

"Pada momen kritis ini, kesetaraan vaksin menjadi uji moral terbesar yang dihadapi masyarakat global," katanya.

Baca juga : In Picture: Ilmuwan Jepang Temukan Obat untuk Atasi Penuaan

Ia menambahkan, rapat negara-negara industri terbesar yang tergabung dalam G7 dapat 'menjadi momentum' untuk mengatasi ketidaksetaraan ini. Ada indikasi G7 mendengarkan pemimpin Prancis, Inggris dan Amerika Serikat (AS) untuk membuat konsesi mengenai vaksin.

Inggris menjadi tuan rumah dalam rapat yang digelar virtual pada Jumat ini. Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta Eropa dan AS untuk berkomitmen memberikan 3 hingga lima persen pasokan vaksin mereka ke negara-negara berkembang.

"Ini percepatan ketidaksetaraan global yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan secara politik juga tidak dapat dipertahankan karena membuka jalan untuk perang pengaruh untuk mendapatkan vaksin," kata Macron pada surat kabar Financial Times, Kamis (18/2) kemarin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement