Jumat 19 Feb 2021 06:41 WIB

Negara-Negara Eropa Timur Andalkan Vaksin Rusia dan Cina

Kroasia sedang lakukan negosiasi dengan Rusia tentang vaksin COVID-19 Sputnik V

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Negara-Negara Eropa Timur Andalkan Vaksin Rusia dan Cina
Negara-Negara Eropa Timur Andalkan Vaksin Rusia dan Cina

Pemerintah Kroasia telah meminta regulator obatnya untuk mempertimbangkan menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 buatan Rusia Sputnik V tanpa menunggu persetujuan Uni Eropa, kata Menteri Kesehatan Vili Beros hari Rabu (17/2).

Dalam sebuah wawancara dengan radio pemerintah, Beros mengatakan dia telah mendiskusikan pembelian vaksin Sputnik V dengan duta besar Rusia di Zagreb.

Baca Juga

"Kami berpikir untuk mengamankan vaksin itu lebih awal untuk kami. Sekarang terserah para ahli (Kroasia) untuk memperoleh informasi tentang efisiensi dan keamanan vaksin, dan tentang peraturan serta persyaratan yang diperlukan," ujar Beros menandaskan.

Negara-negara Uni Eropa (UE) sejauh ini tertinggal jauh di belakang Amerika Serikat dan Inggris, dalam mendistribusikan vaksin untuk melawan pandemi virus corona. Kondisi menciptakan tekanan politik pada pemerintahan anggota UE untuk mempercepat program penyelamatan nyawa di tengah krisis corona.

Hongaria sudah terima vaksin Sinopharm dari Cina

Negara tetangga Kroasia, Hongaria, sejauh ini menjadi satu-satunya negara anggota Uni Eropa yang sudah mulai menggunakan vaksin Rusia Sputnik V dan vaksin Cina buatan Sinopharm tanpa menunggu persetujuan dari regulator Eropa European Medicines Agency (EMA).

Baca juga : Wawancara BBC dengan Kepala Dewan Muslim Inggris Dikecam

Sebuah pesawat yang membawa 550.000 dosis vaksin Sinopharm mendarat di bandara internasional Budapest awal minggu ini setelah terbang dari Beijing. "Pengiriman tersebut cukup untuk memvaksin 275.000 orang dengan suntikan dua dosis", kata Dr. Agnes Galgoczy dari Pusat Kesehatan Masyarakat Nasional pada sebuah konferensi pers.

"Dengan vaksin ini, lima jenis vaksin berbeda sekarang tersedia di Hongaria sehingga kami dapat memvaksinasi sebanyak mungkin orang dan secepat mungkin,'' kata Dr. Agnes Galgoczy sambil menambahkan, vaksinasi tidak akan dimulai sampai vaksin impor itu dievaluasi oleh Departemen Kesehatan Nasional.

Uni Eropa "terlalu lambat" dalam pengadaan vaksin

Para pemimpin Hongaria, Slovakia dan Polandia mengatakan mereka mendukung pembelian vaksin dari mana saja terlepas dari "geopolitik", selama vaksin aman dan efektif. Perdana Menteri Slovakia Igor Matowic dan Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki menyatakan, mendukung posisi pimpinan Hongaria Viktor Orban, yang membeli vaksin dari Cina dan Rusia.

Ketiga pemimpin berbicara pada pertemuan untuk memperingati 30 tahun Visegrad Group, badan informal kerjasama politik dan ekonomi antara Polandia, Hongaria, Republik Ceko dan Slovakia. Diselenggarakan oleh Morawiecki, acara tersebut mempertemukan Orban, Matovic, dan Perdana Menteri Ceko Andrej Babis.

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban sebelumnya mengeritik lambatnya program pengadaan vaksin Uni Eropa.

Baca juga : IHSG Melemah Tertekan Proyeksi Penurunan Pertumbuhan Ekonomi

"Jika vaksin tidak datang dari Brussel, kita harus mendapatkannya dari tempat lain ... Kita tidak bisa membiarkan warga Hongaria mati hanya karena Brussel terlalu lambat dalam pengadaan vaksin," kata Orban Januari lalu. Selain membeli vaksin Sinopharm, Hongaria juga telah setuju untuk membeli 2 juta. dosis vaksin Sputnik V Rusia, yang mulai digunakan rumah sakit di Budapest minggu lalu.

Serbia juga menggunakan vaksin Rusia Sputnik V dan menyatakan akan berbagi dengan Montenegro. 2.000 dosis Sputnik V akan dikirim ke Montenegro untuk membantu negara itu memulai vaksinasi massal. Serbia sebelumnya telah mendonasikan 4.680 dosis vaksin BioNTech-Pfizer kepada Makedonia Utara, yang memulai kampanye vaksinasi hari Rabu (17/2). hp/as (rtr, afp, ap)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement