Jumat 19 Feb 2021 05:05 WIB

Sulitnya Mendapat Hak Beragama Bagi Narapidana Muslim di AS

Diskriminasi di penjara disebut telah menjadi masalah yang sudah berlangsung lama.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Alquran
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

IHRAM.CO.ID, MIDWESTERN--Seorang tahanan asal Afrika-Amerika dan Muslim, Rick ditempatkan di fasilitas pemasyarakatan di negara bagian Midwestern ketika dia mencoba mendapatkan Alquran untuk ibadahnya. Namun ia malah diminta bayaran yang mahal untuk itu, yakni sekitar dua sampai tiga kali lebih mahal daripada harga sebuah Alkitab.

"Saya tidak mampu membeli Alquran, atau apa pun, dalam hal ini," katanya, karena dia berkali-kali menolak memberikan Alquran dilansir dari Vox, Senin (15/2).

Rick, yang nama belakangnya dirahasiakan untuk melindungi privasinya, diam-diam meminjam Alquran dari narapidana lain.  Tapi ketika penjaga lewat, dia harus segera memastikan mereka tidak melihatnya.

“Diskriminasinya sangat nyata.  Yang terpenting adalah latar belakang dan warna kulit Anda, ”katanya.

 

Menurut Rick, bahkan untuk mendapatkan sesuatu yang sederhana seperti sajadah dipandang rendah dan tidak disediakan.  “Saat mencoba sholat kami tidak diperbolehkan.  Para penjaga mengira kami bergerak untuk menjadi bagian dari geng, dan mereka tidak mengizinkan kami sholat, ”jelas Rick.  

“Dunia yang berpusat pada kulit putih hanya mengkriminalisasi kita apa adanya.  Apakah saya ingin berdoa sendiri atau berjamaah, sama saja, "tambahnya.

Tahanan Muslim menghadapi banyak masalah yang sama dengan orang-orang yang dipenjara lainnya, termasuk hambatan terhadap kebutuhan dasar dan kebersihan seperti pasta gigi, deodoran, atau produk sanitasi wanita.  Namun mereka juga menghadapi praktik diskriminatif yang unik, seperti kurangnya akses yang adil ke materi agama di penjara. Hal ini menyalahi undang-undang federal yang mewajibkan akses yang sama ke materi keagamaan.  

Diskriminasi di penjara disebut telah menjadi masalah yang sudah berlangsung lama. Berbagai tuntutan telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini. Namun maslaah diskriminasi, terutama kebebasan beragama masih sulit didapat.

Namun awal bulan ini, Hakim federal menegaskan bahwa Jake Angeli, perusuh Capitol yang dikenal sebagai "Q Shaman," akan mengabulkan permintaannya untuk mendapat makanan organik saat ditahan di penjara Washington, DC, dengan alasan keyakinan agamanya.  Hal ini aneh mengingat perlakuan kepada tahanan Muslim di negara ini yang berbeda. Kasus ini diduga menunjukkan ras kulit putih yang tidak hanya kebal terhadap diskriminasi, tetapi bahkan diberikan bantuan ketika harus menjalani perawatan di penjara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement