Kamis 18 Feb 2021 14:14 WIB

Pandemi, Permintaan Herbal Serbuk Biji Salak Meningkat

Selama pandemi, rata-rata produksi serbuk biji salah mencapai dua ton.

Serbuk biji salak (ilustrasi). Serbuk biji salak yang diolah seorang warga di Dukuh Gunungwijil, Desa Dukuh, Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mengalami peningkatan permintaan di tengah pandemi Covid-19.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Serbuk biji salak (ilustrasi). Serbuk biji salak yang diolah seorang warga di Dukuh Gunungwijil, Desa Dukuh, Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mengalami peningkatan permintaan di tengah pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Usaha ramuan herbal serbuk biji salak yang diproduksi yang diolah warga di Dukuh Gunungwijil, Desa Dukuh, Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menerima permintaan meningkat di tengah pendemi Covid-19.

Seorang pengusaha ramuan herbal serbuk biji salak, Putut Tetuko mengatakan, sejak pandemi Covid-19, banyak masyarakat mencari ramuan herbal seperti empon-empon. Ramuan herbal tersebut diyakini mampu meningkatkan daya tahan tubuh.

Baca Juga

Putut membuat ramuan biji salak yang diproses menjadi serbuk diyakini masyarakat kaya manfaat, bisa mengobati segala jenis penyakit, dan menjaga ketahanan tubuh. Produksi serbuk biji salak terus meningkat pada 2020.

Hingga sekarang, Putut bisa memproduksi rata-rata dua ton biji salak per bulan. "Padahal, awal produksi serbuk biji salak hanya puluhan kilogram," kata Putut , di Ampel Boyolali, Kamis (19/2).

Putut menjelaskan, ide herbal biji salak tersebut berawal dari kebutuhan pribadi ibunya saat menderita diabetes melitus, dan rajin mengkonsumsi serbuk biji salak hingga berhasil sembuh. Dari pengalaman tersebut, muncul ide untuk memproduksi serbuk biji salak untuk dipasarkan hingga sekarang.

Serbuk biji salak ini, juga diyakini berkhasiat untuk penyakit hipertensi, kolesterol, asam lambung, menjaga daya tahan, dan imunitas tubuh di masa pandemi Covid-19.

Proses pembuatannya cukup mudah. Setelah dibersihkan dan kemudian dipotong-potong, biji salak kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Setelah proses selanjutnya biji salak disangrai dan digiling, lalu dikemas.

Harga serbuk biji salak setiap kemasan isi 250 gram sebesar Rp 20.000. "Bahan baku biji buah salak madu cukup mudah didapat dari daerah Magelang dan Sleman," kata Putut.

Serbuk biji salak bermerek "Serbuk Biji Salak Supadmi" itu sudah dipasarkan ke berbagai daerah di Kalimantan, Lampung, Maluku, Bali, dan di Jawa. Cara pemasaran kebanyakan secara online, tetapi banyak juga penjual yang mengambil produk di rumah Putut.

Salah satu konsumen Serbuk Biji Salak Supadmi, Agus, mengatakan, serbuk biji salak asal Ampel Boyolali memang lebih enak dibandingkan kopi biasa. Pria asal Solo itu mengaku setelah mengkonsumsi serbuk biji salak badan terasa lebih segar. Ia mengkosumsi ramuan serbuk biji salak ini untuk menjaga imunitas tubuh pada masa pandemi. 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement