Kamis 18 Feb 2021 05:30 WIB

Suntikan Harapan Pedagang Tanah Abang

Pedagang Tanah Abang harap vaksinasi bisa bangkitkan kembali jual beli di sana.

Vaksinator Covid-19 beraktivitas di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Rabu (17/1). Pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan menggelar vaksinasi tahap kedua untuk pedagang pasar Tanah Abang dengan target 1.500 orang pedagang pada hari ini. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Vaksinator Covid-19 beraktivitas di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Rabu (17/1). Pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan menggelar vaksinasi tahap kedua untuk pedagang pasar Tanah Abang dengan target 1.500 orang pedagang pada hari ini. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Febryan A

Jarum suntik menembus kulit Indah Wijayanti. Ketakutan perempuan 24 tahun itu untuk divaksin luruh seketika. Cemas pun berganti harap. Ia ingin Pasar Tanah Abang bangkit lagi usai vaksinasi massal digelar.

Baca Juga

"Setelah saya divaksin dan vaksinnya kan massal, semoga Covid-19 berkurang sehingga orang ramai lagi belanja di Pasar Tanah Abang," kata Indah, seorang karyawan toko pakaian muslim, usai disuntik vaksin di Lantai 8 Blok A Pasar Tanah Abang, Rabu (17/2).

Vaksinasi Covid-19 bagi pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, dimulai kemarin pagi. Sebanyak 9.791 pedagang ataupun karyawan toko akan divaksin dalam lima hari ke depan.

Salah satu pedagang yang memberanikan diri untuk disuntik vaksin adalah Indah. Padahal, Indah mengaku sempat menolak untuk divaksin. "Saya sempat nggak mau ikut. Soalnya orang-orang di sekitar toko saya itu pada nggak mau. Orang takut jadinya saya ikutan takut," kata Indah.

Keengganan Indah terus bertahan hingga akhirnya datang bujukan dari sang kakak. "Udahlah beraniin aja. Kalaupun kenapa-kenapa kan kita tidak sendiri. Percaya saja sama Allah," kata Indah menirukan ucapan kakaknya.

Selain bujuk rayu sang kakak, harapan bahwa Pasar Tanah Abang bisa kembali ramai juga jadi pendorong bagi Indah. Sebab, dia telah merasakan bagaimana pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara itu mati suri pada Maret hingga Mei lalu. Ketika itu Pasar Tanah Abang ditutup sementara guna mencegah penularan virus corona. Meski selama periode itu Indah tetap digaji, tapi dia merasa sungkan dengan bos tokonya.

Setelah periode kelam itu, kata dia, geliat jual beli di Pasar Tanah Abang tak juga pulih. Musababnya, virus corona masih menghantui Ibu Kota. "Sekarang jualan itu ya hanya cukup untuk sehari-hari saja. Makanya kalau divaksin gini kan semoga orang ramai lagi datang belanja," katanya.

Jika Indah awalnya takut, lain halnya dengan Yessy. Perempuan 38 tahun itu sudah lama menanti untuk disuntik vaksin, bahkan sebelum vaksin Covid-19 tersedia di Indonesia. Terlepas dari perbedaan itu, keduanya punya harapan sama.

"Saya memang udah niat banget (divaksin). Suami saya yang bukan kerja di sini aja mau ikut, eh orang sini malah nggak mau ikut," kata Yessy yang merupakan karyawan toko pakaian muslim di Blok A Pasar Tanah Abang itu.

Bahkan, Yessy mengaku juga sempat mengajak sejumlah teman-temannya, yang juga karyawan toko, agar mau divaksin. Tapi, tetap saja sejumlah rekannya urung ikut vaksinasi karena takut.

Yessy tak paham apa ketakutan yang ada di benak rekan-rekannya. Ia pun melontarkan kekesalannya. "Dulu pas ada virus pengennya divaksin, 'kapan nih vaksinnya keluar'. Gilaran udah ada vaksin, malah pada takut. Serba susah kan, namanya juga orang Indonesia," ujarnya.

Yessy mengajak rekan-rekannya itu karena ingin Pasar Tanah Abang kembali ramai. Sebab, ia merasakan bagaimana rasanya tidak menerima gaji selama dua bulan saat Pasar Tanah Abang ditutup.

"Waktu dua minggu awal lockdown, gaji masih full. Dua minggu setelah itu cuma dikasih uang buat beli beras sama bos. Selanjutnya nggak ada lagi sampai Tanah Abang buka lagi," ujar Yessy.

Kini, gajinya masih dipotong. Sebab, pembeli masih sepi di Pasar Tanah Abang. Yessy ingin divaksin dan berharap semua orang mau divaksin agar geliat jual beli muncul lagi.

"Dengan vaksin ini biar perekonomian bangkit lagi kan. Namanya juga tempat pusat belanja terbesar kan. Biar nggak krisis juga. Kalau krisis kan kasian kita kita yang di bawah. Kalau yang di atas mah duitnya banyak," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement