Rabu 17 Feb 2021 17:49 WIB

Lima Film Pahlawan Super Berkulit Hitam Terbaik

Tidak semua film pahlawan super mengangkat kisah tentang upaya penyelematan dunia.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Black Panther.
Foto: Variety
Black Panther.

 

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Pada 2018, Black Panther mengukir sejarah sinematik sebagai film pahlawan super pertama yang dinominasikan untuk Academy Award kategori film terbaik. Fakta tersebut menjadi capaian sendiri, bukan hanya bagi aktor kulit hitam melainkan juga untuk beberapa penonton yang akhirnya merasa terwakili.

Terlepas dari kesuksesan terobosan Black Panther, film dengan pahlawan super berkulit hitam bukan hal baru. Tidak semua film membahas tentang pahlawan super yang harus menyelamatkan dunia, tetapi sebaliknya, banyak film juga membahas upaya melindungi komunitasnya, serta membantu warga negara yang terlupakan dan kehilangan haknya.

Berikut beberapa film seru pahlawan super berkulit hitam yang memperoleh rating besar dari Rotten Tomatoes, seperti dilansir di laman Screen Rant, Rabu (17/2):

1. Black Panther (2018) - 96 persen

Film ini ditulis dan disutradarai Ryan Coogler, serta dibintangi mendiang aktor Chadwick Boseman. Black Panther muncul di layar lebar pada 2018, di mana film itu menjadi hit.

Film produksi Marvel Cinematic Universe (MCU) itu membuat sejarah sebagai film pahlawan super pertama yang dinominasikan Oscar untuk kategori film terbaik. Sinema tersebut dinilai sebagai karya MCU yang paling introspektif hingga saat ini, mengomentari pengalaman hitam termasuk perjuangan, tradisi, bahkan, tempat mereka di dunia saat ini.

Selain temanya, Black Panther secara visual unik, menampilkan aspek afrofuturisme yang tidak pernah ada di film-film mainstream sebelumnya. Karena kesuksesan film, sekuel direncanakan tanpa menyertakan T'Challah (yang diperankan Chadwick Boseman).

2. Fast Color (2018) - 81 persen

Film Fast Color menceritakan seorang wanita muda dengan kekuatan supernatural melarikan diri kembali ke rumah keluarganya. Kala itu, dia dikejar hukum karena kemampuannya yang berpotensi berbahaya.

Film itu ditayangkan perdana di festival film South By Southwest, diikuti dengan rilis terbatas. Para kritikus memuji film tersebut atas penampilan Gugu Mbatha-Raw dan kisah inspiratifnya.

Fast Color adalah contoh lain dari pengambilan genre pahlawan dan mendasarkannya pada kenyataan untuk menceritakan kisah yang berbeda dari film Marvel atau DC biasanya. Penonton menikmati film tersebut karena menjadi metafora bagi perempuan yang harus menyembunyikan kekuatan mereka dan menunjukkan bahwa kekuatan itu semakin besar, jika digabungkan dengan kekuatan perempuan yang bekerja bersama.

3. Sleight (2016) - 78 persen

Diproduksi dengan anggaran 250 ribu dolar AS (sekitar Rp 3,5 miliar), Sleight bercerita tentang seorang pesulap jalanan muda, Bo, yang menggunakan trik magnetisnya melawan pengedar narkoba yang menculik saudara perempuannya. Bo, tidak mendapatkan kekuatan dari semacam tenaga super, melainkan mengembangkannya menggunakan kecerdasan dan keterampilan tekniknya.

Sleight ditayangkan perdana di Sundance Film Festival. Film ini meraup pendapatan 4 juta dolar AS (sekitar Rp 56 miliar). Kritikus memuji film tersebut karena menumbangkan ekspektasi dan menentang konvensi dalam menciptakan alur yang unik, membumi, dan urban.

4. Blade (1998) - 56 persen

Berdasarkan salah satu pahlawan super tingkat menengah Marvel Comics, Wesley Snipes, berperan sebagai Blade, setengah manusia, setengah vampir yang memburu vampir lain. Meskipun mendapat peringkat R, film itu menjadi hit box-office.

Produser sempat khawatir, karena pada saat itu, film pahlawan super non-Batman tidak berjalan baik, tetapi Blade ternyata sukses yang mengejutkan. Penonton salah percaya X-Men 2000 yang lebih mainstream adalah awal dari gelombang baru film buku komik, tetapi sebenarnya dimulai lebih awal dengan Blade.

5. Hancock (2008) - 41 persen

Awalnya, Hancock dibayangkan sebagai film yang jauh lebih gelap dan dramatis berjudul Tonight, He Comes. Namun proyek tersebut berpindah tangan dari sutradara Michael Mann ke sutradara Peter Berg, dan akhirnya beralih genrenya menjadi lebih komedi. Hancock bercerita tentang pahlawan super yang tempramental, frustrasi, dan alkoholik. Semula, upaya kepahlawanannya menyebabkan lebih banyak kerugian dibandingkan kebaikan.

Film itu dibintangi Will Smith. Dalam film, dia mendapat bantuan dari Jason Bateman. Film itu sukses besar secara finansial, tetapi kritikus menyoroti humor, logika, dan upaya yang gagal disampaikan film. Namun, Hancock tetap menjadi salah satu film pahlawan super langka yang tidak didasarkan pada materi yang sudah ada sebelumnya.

Selain kelima film tersebut ada pula The Meteor Man (1993) dengan rating 29 persen; Blankman (1994) dengan rating 19 persen; Spawn (1997) dengan rating 17 persen; Abar, The First Black Superman (1977) dengan dengan rating 17 persen; dan Steel (1997) dengan rating 12 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement