Rabu 17 Feb 2021 17:43 WIB

Puso, Petani Indramayu Minta Ada Tambahan Pupuk Bersubsidi

Lahan 2.000 Ha yang puso butuh pupuk urea bersubsidi sebanyak 400 ton.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Fuji Pratiwi
Petani mengamati sawahnya yang rusak akibat terendam banjir di desa Pengauban, Lelea, Indramayu, Jawa Barat, akhir pekan lalu. Karena gagal panen, petani di Indramayu meminta pemerintah menambah pasokan pupuk bersubisidi agar petani bisa melakukan tanam ulang padi yang rusak akibat banjir.
Foto: Dedhez Anggara/ANTARA
Petani mengamati sawahnya yang rusak akibat terendam banjir di desa Pengauban, Lelea, Indramayu, Jawa Barat, akhir pekan lalu. Karena gagal panen, petani di Indramayu meminta pemerintah menambah pasokan pupuk bersubisidi agar petani bisa melakukan tanam ulang padi yang rusak akibat banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Ribuan hektare tanaman padi yang puso (gagal panen) di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat membutuhkan pupuk bersubsidi untuk tanam ulang. Para petani berharap, pemerintah bisa memberikan  bantuan dengan menambah alokasi pupuk bersubsidi.

"Tolonglah petani. Sawah kami kena banjir, harus tanam ulang, butuh pupuk bersubsidi," ujar Ketua Kontak Tani nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Waryono kepada Republika, Rabu (17/2).

Baca Juga

Waryono menyebutkan, luas tanaman padi yang terendam banjir pekan lalu di Kecamatan Kandanghaur ada 2.492 hektare. Lahan sawah itu tersebar di 13 desa.

Yaitu, Desa Curug, Ilir, Eretan Wetan, Eretan Kulon, Kertawinangun, Karangmulya, Karanganyar, Wirapanjunan, Wirakanan, Parean Girang, Soge, Pranti, dan Bulak.

Banjir yang merendam sawah kini telah surut. Karena itu, sudah bisa diketahui adanya tanaman padi yang busuk akibat terendam banjir lebih dari tiga hari."Tanaman yang busuk itu ada sekitar 2.000 hektare, tidak bisa diselamatkan," Waryono.

Waryono menyatakan, tanaman padi yang puso secara otomatis harus dilakukan tanam ulang. Petani pun membutuhkan benih dan pupuk bersubsidi untuk proses tanam ulang tersebut.

Sedangkan di sisi lain, para petani kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi saat musim tanam yang lalu. Ketika pupuk sudah diperoleh dan musim tanam sedang berjalan, mereka justru dihadapkan pada kondisi banjir. Akibatnya,  proses tanam dan pemupukan harus kembali diulang.

Waryono menyebutkan, dari luas lahan 2.000 hektare yang kini mengalami puso, diperkirakan membutuhkan pupuk urea bersubsidi sebanyak 400 ton. Begitu pula pupuk Phonska, juga dibutuhkan sebanyak 400 ton.

"Kalau harus membeli pupuk nonsubsidi, petani sangat terbebani karena kerugian mereka akibat banjir juga besar," tutur Waryono.

Waryono menjelaskan, besarnya kerugian yang dialami petani akibat banjir diperkirakan sekitar Rp 6 juta per hektare. Nilai itu dihitung dari mulai biaya pengolahan lahan, tanam, pemeliharaan dan pemupukan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement