Rabu 17 Feb 2021 14:06 WIB

5 Hal yang Bisa Dialami Penyintas Covid-19

Sebagian penyintas Covid-19 bisa menunjukkan beberapa gejala.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Sebagian penyintas Covid-19 bisa menunjukkan beberapa gejala.
Foto: www.freepik.com
Sebagian penyintas Covid-19 bisa menunjukkan beberapa gejala.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang yang sudah sepenuhnya sembuh dari Covid-19, berpotensi menunjukkan beberapa gejala. Kepala penasihat medis Presiden Amerika Serikat, Anthony Fauci, menjelaskan lebih lanjut tentang kondisi tersebut.

Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS itu mengatakan, sindrom bernama post-acute Covid syndrome (PACS) itu disebut juga "Long Covid". Para pakar masih mempelajari mengenai kondisi tersebut secara intensif.

Baca Juga

Fauci memperkirakan, PACS terjadi pada setidaknya 10 persen dari pasien yang sembuh dari Covid-19. PACS lazimnya dialami oleh pasien yang menunjukkan gejala saat tertular Covid, dirawat di rumah sakit maupun yang tidak.

"Mereka memiliki gejala yang menetap untuk periode waktu yang bervariasi setelah virus hilang dari tubuh. Jadi mereka tidak lagi terinfeksi, tetapi mereka memiliki kumpulan tanda dan gejala yang cukup konsisten," kata Fauci.

Dia membandingkan PACS dengan sindrom kelelahan kronis atau myalgic encephalomyelitis. Gejala dari penyakit yang belum ada obatnya itu meliputi kelelahan dan sakit kepala, sama seperti gejala lanjutan dari pengidap PACS.

Gejala selanjutnya adalah mialgia, nyeri yang bisa muncul di mana saja pada tubuh. Pada salah satu kasus, seorang pengidap Long Covid mengira dia mengalami serangan jantung, tetapi sebenarnya itu adalah radang pada tulang rawan rusuknya.

Kondisi yang dialami pasien itu disebut kostokondritis. Setelah tiga bulan, punggung bagian tengah pada pasien itu dilaporkan mengerut. Setahun kemudian, dia merasakan nyeri di lengannya, yang dia salah kira sebagai angina.

Gejala lain PACS yakni gangguan tidur. Fauci mengatakan, kondisi tersebut bisa mengarah pada gangguan kecemasan, depresi, dan PTSD. Dalam penelitian, corona juga terbukti menyebabkan masalah neurologis yang memicu gangguan tidur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement