Selasa 16 Feb 2021 20:57 WIB

Mengenang Mahaguru Ilmu Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat

Kang Jalal memberi sumbangsih terhadap riset komunikasi, pendalaman teori komunikasi.

Tokoh Syiah Indonesia, Jalaluddin Rakhmat

Kang Jalal dikenal memiliki hubungan baik dengan tokoh Islam nasional beberapa dekade silam, Cak Nur, Gus Dur, dan juga Amien Rais. Hubungan Kang Jalal dengan Gus Dur sudah jelas sangat hangat, apalagi Gus Dur selalu menolak kekerasan pada kelompok manapun dan mengedepankan ruang dialog.

Cak Nur semasa hidupnya kerap mengundang Pak Jalal dalam Pengajian Bulanan Paramadina. Kehadiran Kang Jalal tentu saja tidak berarti Cak Nur sepenuhnya sejalan dengan pemikirannya. Berbeda pendapat di kalangan cendikiawan, para tokoh pemikir, itu lumrah.

Pada 1998-1999, Kang Jalal kerap tampil menjadi "pembela" Amien Rais dan hadir dalam beberapa diskusi yang melibatkan pendiri Partai Amanat Nasional itu. "Kita harus bantu sahabat kita, Mas Amien Rais," tutur KH Mukhtar Adam, pimpinan PP Babussalam pada Kang Jalal.

Ia mengamati, Amien Rais yang terjun ke politik memang membutuhkan sokongan para koleganya. Kang Jalal saat itu mengatakan, "Pak Amien Rais adalah orang baik. Ia jujur. Dalam politik, orang jujur seringkali tidak beruntung. Oleh karena itulah kita harus membantu."

Kang Jalal memprediksi upaya Amien Rais running for power tak akan berjalan mulus. Terbukti, ia gagal beberapa kali dalam pilpres.

Tampilnya Kang Jalal di gelanggang politik, sebagai anggota legislatif dari PDIP juga merupakan pilihan rasional baginya. Dalam kalkulasi politik, amat musykil beliau maju ke pentas politik melalui partai Islam atau partai nasionalis religius. Satu-satunya partai yang memungkinkan ia untuk menjaga keberlangsungan jamaahnya dan mengartikulasikan gagasan-gagasannya adalah sebuah partai nasionalis sekuler seperti PDIP.

Manusia adalah makhluk rasional. Ia akan menghitung pengorbanan dan penghargaan dari sebuah situasi tertentu. William G. Flanagan menegaskan perilaku politik masyarakat perkotaan selalu bercirikan rational choice.

Mengamati perjalanan panjang Kang Jalal, meski ia adalah kelompok elite pemikir dan politik, bertransformasi menjadi politisi bukanlah untuk kepentingan dirinya. Ia "mengorbankan diri" bagi kelangsungan hidup dan aktivitas jamaah atau kelompoknya.

Jalaluddin Rakhmat, mahaguru komunikasi itu kini telah pergi. Ia adalah role model bagi insan komunikasi dalam praktek komunikasi. Jasanya dalam perkembangan Ilmu Komunikasi sangat besar.

Ia memberikan sumbangsih terhadap riset komunikasi, pendalaman teori-teori komunikasi, juga aktivitas komunikasi secara aplikatif bagi insan komunikasi manapun. Selamat jalan, Kang Jalal. Insan Komunikasi di pelosok tanah air turut berduka. Semoga  lahir kembali cendikiawan-cendikiawan lain yang piawai mengartikulasikan gagasannya seperti Kang Jalal.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement