Selasa 16 Feb 2021 18:06 WIB

Batu Meteorit di Lampung Terkandung Logam Berat

Batu meteorit ini diharapkan dapat dijaga untuk kepentingan ilmu pengetahuan

Rep: mursalin yasland/ Red: Hiru Muhammad
Peneliti Institut Teknologi Sumatera meneliti batu meteorit yang jatuh di rumah warga, Selasa (16/2).
Foto: Humas Itera
Peneliti Institut Teknologi Sumatera meneliti batu meteorit yang jatuh di rumah warga, Selasa (16/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG-–Dua peneliti Institut Teknologi Sumatra (Itera) telah mendapatkan hasil dari uji laboratorium batu meteorit yang ditemukan di rumah warga di Kabupaten Lampung Tengah pada 28 Januari 2021. Batu tersebut mengandung logam berat. Dua peneliti tersebut Robiatul Muztaba, dosen Sains Atmosfer dan Keplanetan, dan Danni Gathot Harbowo, dosen Teknik Geologi. Keduanya mengusulkan nama batu tersebut Astomulyo Meteorite. Nama ini ditujukan untuk mengabadikan fenomena alam di desa tersebut.

Peneliti Itera juga berharap batu meteorit ini senantiasa dapat dijaga dan dikelola oleh masyarakat untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dengan dukungan serta perhatian pemerintah setempat.  Dari hasil analisis yang dilakukan, pada dua dari tiga pecahan meteorit yang ditemukan oleh warga di Desa Astomulyo, perwakilan peneliti Itera, Danni Gathot Harbowo menyampaikan hasil properti fisik dan kimia pada masing-masing meteorit diketahui densitas atau masa jenis pada objek tersebut berkisar ± 4 gr/cm3 dan kekerasan ± 5-6 dalam skala mohs.

Bagian dalam meteorit ini memilki kilap logam dan mampu menarik magnet, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar meteorit memiliki kandungan logam yang relatif tinggi. Ditinjau dari komposisinya, Astomulyo Meteorite memiliki unsur Fe (besi), Mg (magnesium), Si (silika) yang dominan.Selain itu pada meteorit juga ditemukan beberapa unsur logam berat yang mudah teroksidasi dan larut dalam air seperti, Fe. Cr, Al, Ni, Se, timbal (Pb), dan seng (Zn).

Logam berat tersebut dapat bersifat racun dan dapat merusak metabolisme serta jaringan dalam tubuh.  Hingga saat ini masih terus dilakukan penelitian komprehensif untuk mengidentifikasi harmful element lainnya yang mungkin ada pada Astomulyo Meteorite.“Kami terus menghimbau masyarakat untuk tidak menggunakan air rendaman meteorit tersebut apalagi sampai meminumnya,” ujar Gathot di Laboratorium Geologi dan Sains Itera dalam keterangan persnya,  Selasa (16/2).

Kedua peneliti tersebut masih akan melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui lebih detail, terkait batu luar angkasa tersebut, termasuk prediksi usia (umur) hingga lokasi asal meteor di tata surya.

Robiatul Muztaba mengusulkan agar batu meteorit tersebut digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, seperti di bidang astronomi dan kebumian. Lokasi jatuhnya meteorit kelak menjadi cikalnya Desa Mitra Itera. “Pada akhir Maret 2021, kami akan menginisiasi agenda edukasi dan wisata Astronomi (astrotourism) khusus di Desa Astomulyo dengan melibatkan warga dalam pengelolaannya. Momen ini bertepatan dengan fenomena alam hujan meteor ?-Normid dan supermooon pada akhir Maret 2021,” kata Aji.

Mengharap masyarakat menjaga kelestarian objek langit tersebut. Terjaganya meteorit tersebut, masyarakat dapat mengamati secara langsung dan mempelajarinya. Hal tersebut bernilai ilmiah dan historis bagi pelajar dan peneliti di Indonesia, khususnya di Lampung.

“Meteorit tersebut memiliki nilai historis dan ilmiah yang tinggi, tidak hanya dari sisi objeknya saja, lokasi pun menjadi sangat penting dalam kajian jatuhnya sebuah meteori di Bumi,” ujar Aji. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement