Selasa 16 Feb 2021 16:40 WIB

Uni Eropa Luncurkan Program Teliti Mutasi Virus Corona

Penelitian mutasi virus Covid-19 guna mempersiapkan vaksin generasi berikutnya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Yudha Manggala P Putra
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa akan memulai program baru untuk mempelajari mutasi virus corona penyebab Covid-19 pada Rabu (17/2). Hal itu guna mempersiapkan vaksin generasi berikutnya yang mungkin dibutuhkan.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengungkapkan program tersebut dijuluki “HERA incubator". Dalam program itu otoritas kesehatan bakal dipertemukan laboratorium serta memiliki pendanaan sendiri.

“Seperti sekarang, dan sejalan dengan upaya yang dilakukan pada vaksin saat ini, kami harus membantu perusahaan industri mengembangkan kapasitas produksi untuk vaksin generasi kedua,” kata von der Leyen saat diwawancara surat kabar keuangan Prancis, Les Echos.

Sebelumnya von der Leyen mengakui Uni Eropa terlambat menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 dan terlalu optimistis mengenai produksinya. Hal itu disampaikan saat dia menghadapi kritik yang meningkat atas upaya vaksinasi di Benua Biru.

“Ini adalah fakta bahwa kita hari ini tidak berada di tempat yang kita inginkan dalam perang melawan virus. Kita terlambat dengan persetujuan. Kita terlalu optimistis dengan produksi massal. Dan mungkin kami juga terlalu yakin bahwa pesanan benar-benar akan sampai tepat waktu," kata von der Leyen saat berbicara di hadapan anggota Parlemen Eropa pada 10 Februari lalu.

Dia mengungkapkan 26 juta dosis vaksin telah diberikan. Pada akhir musim panas, 70 persen orang dewasa di semua negara anggota Uni Eropa seharusnya sudah divaksinasi. Sejauh ini Uni Eropa telah menyetujui penggunaan tiga vaksin, yakni BioNTech/Pfizer, Moderna, dan Oxford-AstraZeneca. Namun peluncurannya terhambat penundaan pengiriman, kemacetan produksi, dan kesalahan politik.

Von der Leyen mengatakan krisis kesehatan telah menunjukkan banyak pelajaran yang bisa diambil. Klinik kesehatan di sana harus berbagi lebih banyak data. Peraturan untuk memungkinkan European Medicines Agency (EMA) bergerak lebih cepat dalam otorisasi vaksin harus diperbaiki. Hambatan industri yang memperlambat produksi vaksin pun harus ditangani.

"Uni Eropa akan meluncurkan uji klinis untuk memberikan data regulator lebih cepat dan Komisi akan membentuk satuan tugas untuk membantu meningkatkan produksi vaksin," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement