Selasa 16 Feb 2021 16:13 WIB

Ngaissona Disidang atas Tuduhan Kejahatan terhadap Muslim

Patrice-Edouard Ngaissona jalani sidang di pengadilan kriminal internasional

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Patrice Edouard Ngaissona
Foto: Alarabiya
Patrice Edouard Ngaissona

IHRAM.CO.ID, DEN HAAG -- Mantan Ketua Milisi Republik Afrika Patrice-Edouard Ngaissona akan menjalani sidang di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Den Haag, Belanda. Ngaissona (53) diduga melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, dan penyiksaan.

Jaksa penuntut mengatakan bahwa Patrice-Edouard Ngaissona adalah pemimpin senior dan koordinator nasional milisi anti-Balaka pada 2013 dan 2014. Selain mantan ketua federasi sepak bola Afrika itu, satu orang lagi turut disidang atas dakwaan yang sama, yakni Alfred Yekatom (46).

"Dua pria ini dituduh memimpin milisi yang didominasi Kristen dalam serangan luas terhadap Muslim di Republik Afrika Tengah (CAR), diadili pada Selasa di Pengadilan Kriminal Internasional," kata Jaksa penuntut dilansir dari Alarabiya pada Selasa (16/2).

Terdakwa Alfred Yekatom merupakan komandan milisi yang juga dikenal sebagai Rambo ini menghadapi dakwaan serupa dengan Ngaissona. Namun ada dakwaan tambahan untuk Yekatom, yakni dugaan penggunaan tentara anak-anak. Kedua pria itu mengatakan bahwa mereka tidak bersalah.

Republik Afrika Tengah telah terperosok dalam kekerasan sejak koalisi sebagian besar pemberontak utara dan mayoritas Muslim yang dikenal sebagai Seleka, atau "aliansi" dalam bahasa Sango, merebut kekuasaan pada Maret 2013. Kekuasaan brutal mereka memunculkan gerakan oposisi anti-Balaka Milisi Kristen.

ICC pada Januari 2021 mengumumkan telah menahan tersangka pemimpin Seleka Mahamat Said Abdel Kain. Persidangan dimulai dengan latar belakang pertempuran antara tentara CAR, yang didukung oleh PBB, pasukan Rusia dan Rwanda, dan pemberontak dari kedua kelompok milisi yang kini telah membentuk aliansi dengan tujuan merebut ibu kota dan membatalkan pemungutan suara 27 Presiden Faustin-Archange Touadera.

Pada 5 Februari, pemerintah CAR memperpanjang keadaan darurat selama enam bulan di tengah permusuhan yang terus berlanjut.

Ngaissona ditahan pada Desember 2018 saat berada di Prancis untuk urusan resmi, kata pengacaranya kepada hakim pada saat itu. Pengadilan Prancis menyetujui ekstradisi pada 31 Desember.

Ngaissona secara kontroversial terpilih pada 2018 sebagai eksekutif puncak Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF), badan pengatur permainan di Afrika, tetapi tidak lagi terdaftar sebagai anggota di situs web CAF.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement