Selasa 16 Feb 2021 11:03 WIB

Rusia Pulihkan Penerbangan ke Armenia dan Azerbaijan

Aeroflot Rusia mengumumkan rencana melakukan empat penerbangan per pekan ke Yerevan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Teguh Firmansyah
Maskapai Rusia Aeroflot.
Foto: EPA
Maskapai Rusia Aeroflot.

REPUBLIKA.CO.ID,  MOSKOW -- Pemerintah Rusia secara resmi memulihkan layanan penerbangan dengan Armenia dan Azerbaijan. Penerbangan ke negara itu sebelumnya ditangguhkan karena pandemi virus Corona.

Keputusan tersebut secara resmi diumumkan oleh pemerintah Rusia baru-baru ini seperti dilansir dari kantor berita rusia TASS pada Selasa (16/2). Maskapai penerbangan kedua negara sekarang dapat melakukan dua penerbangan per pekan dari Moskow ke Baku (Ibu kota Azerbaijan) dan empat kali per pekan dari Moskow ke Yerevan (ibu kota Armenia).

Maskapai Aeroflot Rusia mengumumkan rencananya untuk melakukan empat penerbangan per pekan ke Yerevan mulai 15 Februari, dan dua penerbangan per pekan ke Baku, mulai 17 Februari. Saat ini, turis diizinkan masuk ke Armenia, tetapi diharuskan memiliki tes PCR yang dilakukan tidak lebih dari 72 jam sebelum kedatangan.

Adapun ke Azerbaijan saat ini ditutup untuk wisatawan. Hanya diplomat, orang asing dengan kerabat dengan kewarganegaraan Azerbaijan, orang asing dengan izin kerja atau tinggal, dan pelajar, yang diizinkan masuk. Tetapi tes PCR harus dilakukan tidak lebih dari 48 jam sebelum keberangkatan.

Pada Maret 2020, Rusia menangguhkan semua penerbangan penumpang komersial di luar negeri karena pandemi virus Corona. Pada September, Rusia berhenti membawa penerbangan repatriasi. Saat ini, maskapai penerbangan diizinkan untuk melakukan penerbangan kargo dan penumpang. Namun, aturan masuk untuk penumpang berbeda di setiap negara.

Rusia diketahui menjadi penengah konflik Azerbaijan dan Armenia. Perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Rusia pada November sempat menghentikan konflik selama enam pekan antara pasukan Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia di daerah kantong pegunungan dan sekitarnya.

Tetapi, ketegangan masih menyelimuti wilayah itu. Pertempuran masih terjadi secara sporadis, kedua pihak saling menahan tawanan perang, dan kedua negara tidak sepakat soal bagaimana koridor transportasi baru yang prospektif dan melintasi Nagorno-Karabakh akan berjalan.

Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan. Namun etnis Armenia dan Azerbaijan menganggap Nagorno-Karabakh sebagai bagian dari tanah air mereka yang bersejarah. Kedua pihak berperang jauh lebih sengit pada tahun 1990-an sampai menyebabkan puluhan ribu orang tewas. Namun berdasarkan kesepakatan terakhir, Armenia harus menyerahkan sejumlah wilayah di Nagorni Karabakh yang merupakan hak Azerbaijan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement