Selasa 16 Feb 2021 13:30 WIB

Enam Dekade, Lahan Masjid Nidaria Dimiliki Tujuh Keluarga

Enam Dekade, Lahan Masjid Nidaria Dimiliki Tujuh Keluarga

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Enam Dekade, Lahan Masjid Nidaria Dimiliki Tujuh Keluarga. Foto ilustrasi: Masjid di Nigeria
Foto: Flickr.com
Enam Dekade, Lahan Masjid Nidaria Dimiliki Tujuh Keluarga. Foto ilustrasi: Masjid di Nigeria

IHRAM.CO.ID, LALMONIRHAT -- Pertarungan hukum telah berlangsung selama enam dekade untuk mengakuisisi kepemilikan tanah Masjid Nidaria. Delapan hektar lahan masjid yang berada di Lalmonirhat Sadar upazila, Bangladesh, ini masih tetap menjadi milik tujuh keluarga.

Dibangun pada 1176 Hijriah, masjid tersebut berada di atas tanah seluas lebih dari 10 hektar. Tepatnya, masjid kuno ini terletak di desa Kisamat Nagarband, di bawah persatuan Panchagram.

Baca Juga

Dilansir di The Daily Star, Selasa (16/2), dari total lahan 10 hektar dan 56 desimal, otoritas masjid saat ini hanya memiliki dua hektar.

Selain bangunan masjid, ada juga Idgah atau lokasi untuk sholat Ied dan sebidang tanah yang bisa diolah menjadi yang menjadi milik masjid. Hampir semua pendapatan dari tanaman yang tumbuh di lahan ini dihabiskan untuk biaya legal.

Presiden komite pengelola masjid selama 10 tahun, Amzad Hossain, mengatakan delapan hektar tanah masjid masih dikuasai oleh tujuh perambah. "Tapi kami berharap mendapatkan keputusan dari pengadilan untuk mendukung kami," kata dia.

Ia dengan percaya diri menyebut pemulihan properti masjid akan dilakukan selama masa jabatan komite kali ini.

Salah satu dari tujuh perambah, Nazrul Islam, mengakui jika lahan yang ia tempati merupakan milik masjid. Ia mengatakan akan menarik klaim atas properti tersebut, jika tanah tersebut diberikan kepada mereka di bawah persetujuan "sewa permanen", dengan alasan mereka telah menikmati properti itu selama beberapa generasi.

Imam Masjid Nidaria, Fazlul Karim, mengatakan struktur indah dengan tiga kubah dan ruang sholat satu kamar membedakan masjid ini dari masjid lainnya.

Di setiap sudut terdapat empat tiang penghias yang menjorok ke atas atap, yang ditopang tembok tebal di keempat sisinya.

Ada kuburan di sisi kiri bangunan utama masjid. Banyak yang percaya kuburan itu adalah milik pendiri masjid, yang dikenal sebagai Subedar Mansur Khan.

Sang muazin masjid, Ansar Ali, mengatakan menurut cerita rakyat setempat, Subedar Mansur Khan, yang tidak memiliki jenggot, dalam doanya berkomitmen kepada Allah SWT dia akan membangun masjid jika ia diberi jenggot di wajahnya.

Setelah jenggot akhirnya tumbuh di wajahnya, dia akhirnya menepati janji. Dengan demikian, masjid itu lantas dikenal semua orang sebagai masjid Nidaria.

Departemen arkeologi telah memasang tanda di situs masjid pada 1994, dengan menyatakan bangunan ini sebagai situs arkeologi. Namun sejak itu, tidak ada lagi yang dilakukan untuk melindungi struktur tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement