Senin 15 Feb 2021 22:36 WIB

Dana Kelolaan Industri Reksa Dana Turun Rp 2,34 Triliun

Industri mengawali 2021 dengan penurunan dana di sebagian besar jenis reksa dana

Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (11/2/2021). Dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) industri reksa dana tercatat turun sebesar Rp 2,34 triliun atau 0,39 persen dari Rp 595,13 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp 592,79 triliun pada awal Januari 2021.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (11/2/2021). Dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) industri reksa dana tercatat turun sebesar Rp 2,34 triliun atau 0,39 persen dari Rp 595,13 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp 592,79 triliun pada awal Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) industri reksa dana tercatat turun sebesar Rp 2,34 triliun atau 0,39 persen dari Rp 595,13 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp 592,79 triliun pada awal Januari 2021.

"Industri reksa dana mengawali tahun 2021 dengan penurunan dana kelolaan pada sebagian besar jenis reksa dana," kata Client Relationship Officer Infovesta Utama Tania Kinanthi melalui pernyataan di Jakarta, Senin (15/2). 

Reksa dana berbasis saham seperti reksa dana saham, campuran dan Exchange Traded Fund (ETF) semuanya melemah akibat penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama Januari, di mana secara month to date (mtd) hingga 29 Januari 2021 minus 1,95 persen di level 5.862.

January Effect hanya bertahan selama dua pekan pertama pada Januari 2021 dengan pekan ketiga dan akhir pekan Januari tercatat negatif. Pada pekan keempat, IHSG mengalami penurunan hingga 7,05 persen.

"Hal ini juga didukung oleh tingkat kasus COVID-19 Indonesia yang terus mengalami kenaikan dan mencatat angka kenaikan harian tertinggi meskipun vaksin sudah mulai disebarluaskan," ujar Tania.

Sementara itu reksa dana berbasis pendapatan tetap juga melemah meskipun pada Januari 2021 baik bank sentral AS, The Fed, maupun Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan tingkat suku bunganya di level rendah. 

Penguatan pasar obligasi yang mulai terbatas karena sudah mencatatkan kinerja tertinggi di tahun 2020, lanjutnya, pun mulai bergerak lebih lambat.

Pelemahan pasar obligasi disebabkan turunnya obligasi pemerintah yang tercermin dari Infovesta Government Bond Index (IGBI) yang merosot sebesar 0,28 persen, namun obligasi korporasi melalui Infovesta Corporate Bond Index (ICBI) masih menguat sebesar 0,41 persen.

Di tengah pelemahan tipis reksa dana pendapatan tetap, investor asing selama Januari masih mencatatkan beli bersih di Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp10,84 triliun seiring dengan persepsi risiko yang cenderung stabil melalui CDS 5 Years Indonesia yang bertahan di bawah level 100.

Di sisi lain reksa dana pasar uang kembali mencatatkan kenaikan terbesar di tengah ketidakpastian ekonomi karena keraguan efikasi vaksin COVID-19.

Tania menambahkan, pasar saham Indonesia membutuhkan sentimen positif dari dalam negeri yang lebih untuk dapat mendorong kinerja IHSG kembali bergerak dalam tren kenaikan atau bullish yang kuat.

"Akan tetapi, ekspektasi akan adanya pemulihan ekonomi di tahun 2021 masih tetap tinggi sehingga investor dapat mempertimbangkan penurunan atau koreksi yang terjadi sebagai suatu peluang untuk berinvestasi ke reksa dana berbasis saham," kata Tania.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement