Ahad 14 Feb 2021 19:12 WIB

Protes Warga Myanmar Berlanjut

Banyak pengunjuk rasa yang mengangkat foto wajah Aung San Suu Kyi.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nidia Zuraya
Massa pengunjuk rasa anti-kudeta memegang poster bertuliskan CDM, singkatan dari Gerakan Pembangkangan Sipil, saat mereka berkumpul di luar Hledan Center di Yangon, Myanmar, Minggu, 14 Februari 2021. Demonstrasi jalanan massal harian di Myanmar sedang berlangsung minggu kedua mereka, dengan baik pengunjuk rasa maupun pemerintah militer mereka berusaha untuk turun dari kursi yang menunjukkan tanda-tanda mundur dari konfrontasi.
Foto: AP
Massa pengunjuk rasa anti-kudeta memegang poster bertuliskan CDM, singkatan dari Gerakan Pembangkangan Sipil, saat mereka berkumpul di luar Hledan Center di Yangon, Myanmar, Minggu, 14 Februari 2021. Demonstrasi jalanan massal harian di Myanmar sedang berlangsung minggu kedua mereka, dengan baik pengunjuk rasa maupun pemerintah militer mereka berusaha untuk turun dari kursi yang menunjukkan tanda-tanda mundur dari konfrontasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Puluhan ribu pengunjuk rasa kembali turun ke jalan di kota-kota besar Myanmar, Ahad (14/2). Unjuk rasa hari kesembilan ini masih dilakukan setelah sebelumnya warga membentuk patroli malam karena khawatir penangkapan oleh militer.

Mahasiswa teknik berbaris di pusat Kota Yangon dengan mengenakan pakaian putih dan membawa spanduk menuntut pembebasan penasihat negara Aung San Suu Kyi. Protes ini merupakan yang terbesar dalam lebih dari satu dekade. Banyak juga bus di jalan raya berjalan perlahan di kota dengan membunyikan klakson sebagai bentuk protes.

Baca Juga

Iring-iringan sepeda motor dan mobil juga melintasi ibu kota Myanmar, Naypyitaw. Sementara, di kota pesisir tenggara Dawei, sebuah band memainkan drum memekikan lantunan berisi protes saat kerumunan berbaris di bawah terik matahari. Di Waimaw, negara bagian Kachin paling utara di tepi Sungai Irrawaddy, orang-orang banyak yang membawa bendera dan menyanyikan lagu-lagu revolusioner.

Banyak pengunjuk rasa di seluruh negeri mengangkat foto wajah Suu Kyi. Penahanan Suu Kyi atas tuduhan impor ilegal akan berakhir Senin (15/2). Namun pengacaranya, Khin Maung Zaw, tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mencatat, lebih dari 384 orang telah ditahan sejak kudeta. Ini adalah gelombang penangkapan yang sebagian besar dilakukan setiap malam.

Baca juga : AS Ajak ASEAN Berikan Sanksi Bagi Myanmar

"Sementara komunitas internasional mengutuk kudeta tersebut, Min Aung Hlaing menggunakan setiap alat yang dia miliki untuk memicu ketakutan dan ketidakstabilan," kata aktivis Wai Hnin Pwint Thon dari kelompok hak asasi yang berbasis di Inggris.

Sementara itu, banyak pengunjuk rasa di Yangon membawa tanda-tanda yang menyerukan kepada pihak berwenang untuk menghentikan penculikan orang di malam hari. Pada Sabtu (13/2) malam, warga berkumpul bersama untuk berpatroli di jalan-jalan di Yangon dan kota terbesar kedua di negara itu, Mandalay.

Mereka takut akan serangan penangkapan serta kejahatan umum setelah junta memerintahkan pembebasan ribuan tahanan. Di lingkungan yang berbeda, kelompok yang sebagian besar pria muda menggedor panci dan wajan untuk membunyikan alarm saat mereka mengejar sosok-sosok yang mencurigakan.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement