Ahad 14 Feb 2021 17:52 WIB

UNS Kembangkan Tiga Alat Penanganan Pasien Covid-19

Ventilator tersebut untuk membantu pasien Covid-19 yang mengalami kesulitan napas.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Fernan Rahadi
Gerbang Kampus UNS
Gerbang Kampus UNS

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengembangkan tiga alat untuk penanganan pasien Covid-19. Tiga alat tersebut yakni, ventilator emergency, ventilator ICU, dan air purifier.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNS, Okid Parama Atsirin, mengatakan pada 2020 melalui Kemenristek/Badan Ristek dan Inovasi Nasional (BRIN), LPPM UNS mendapatkan anggaran tambahan untuk kegiatan penelitian terkait Vaksin Merah Putih. Anggaran tersebut diberikan kepara sejumlah perguruan tinggi untuk menyusun suatu vaksin maupun peralatan untuk menanggulangi penyebaran Covid-19.

Kemudian, UNS mengembangkan alat-alat berupa ventilator emergency, ventilator ICU, dan air purifier.

"Alat-alat tersebut sedang distandarisasi di Loka Pengembangan Alat Medis. Harapannya, UNS tidak kalah dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menciptakan GeNose," kata Okid kepada wartawan, pekan lalu.

Ventilator tersebut untuk membantu pasien Covid-19 yang mengalami kesulitan napas. Sedangkan air purifier merupakan suatu peralatan yang ditaruh di ruangan untuk membersihkan udara di ruangan itu agar terbebas dari Covid-19.

Okid menyatakan, LPPM akan menyempurnakan peta jalan (roadmap) pengembangan sarana dan prasarana Vaksin Merah Putih yang telah disusun pada akhir tahun lalu. Sebab, program untuk penyusunan roadmap, penyelesaian vaksin, dan juga peralatan untuk penanganan Covid-19 diperpanjang sampai 2021.

Menurutnya, kandidat Vaksin Merah Putih yang diteliti sejumlah perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia (UI), UGM, Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan dijadikan satu untuk dilihat potret dan targetnya agar menjadi sempurna.

"Ini sampai menghasilkan suatu temuan dalam rangka menghasilkan Vaksin Merah Putih itu. Jadi, memang itu riset bersama yang dibiayai oleh Kemenristek/ BRIN dan juga dari LPDP," ucap Okid.

Di sisi lain, Okid menyebut selama 2020 kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan para dosen pada awal-awal pandemi Covid-19 sangat mengalami penurunan. Sebab, proses perizinan kegiatan di luar kampus cukup sulit. Namun, sejak Juni 2020 ketika pemerintah menyatakan era kenormalan baru, kegiatan penelitian dan pengabdian mulai berjalan lagi.

"Pak Rektor menekankan anggaran yang diberikan para dosen tetap memacu untuk peningkatan dari sisi produk, publikasi, dan kerja sama semuanya meningkat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement