Ahad 14 Feb 2021 07:35 WIB

Perayaan Imlek di Tengah Pandemi Covid-19 di Lampung

Perayaan Imlek tetap dipersiapkan baik di Lampung meski dengan prokes ketat.

Kelenteng. Ilustrasi
Foto: ANTARA /Syaiful Arif
Kelenteng. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Provinsi Lampung selama hampir setahun terakhir belum menunjukkan adanya penurunan kasus. Hingga kini tercatat orang yang terjangkit telah mencapai 11.293 kasus.

Belum redanya wabah ini mengakibatkan pemerintah mengambil beragam upaya untuk menekan kasus Covid-19 yang mengakibatkan sejumlah gaya hidup masyarakat berubah. Salah satunya dalam aktivitas keagamaan bagi masyarakat.

Setelah sebelumnya Hari Raya Idul Fitri, Nyepi, dan Natal dilakukan secara sederhana dengan penerapan protokol kesehatan ketat, kini giliran perayaan tahun baru Imlek 2572 Kongzili yang harus melaksanakan hal serupa guna mencegah adanya penyebaran kasus Covid-19 di Sai Bumi Ruwa Jurai.

Komitmen untuk menjaga kesehatan umat beragama dalam menjalankan ibadah terlihat di sejumlah wihara yang dengan sukarela mengimbau umatnya untuk melaksanakan ibadah secara bergantian dan mengurangi kapasitas jemaat dalam melaksanakan ibadah Imlek.

Bahkan hingga membatasi jam operasional tempat ibadah dari sebelumnya ibadah dapat dilakukan semalam suntuk, dan dilanjutkan di pagi hari, kini dibatasi hanya sampai pukul 21.30 WIB mengikuti anjuran pemberlakuan jam malam yang telah tertuang dalam surat edaran Wali Kota Bandarlampung nomor 440/133/IV.06/2021.

Perubahan Perilaku

Namun adanya pandemi Covid-19 mengharuskan terjadinya perubahan perilaku dan gaya hidup tidak membuat terangnya ratusan lilin Imlek padam seketika.

Cahaya lilin Imlek tetap menerangi ruangan baktisala Thay Hin Bio, wihara tertua di Lampung.  Viria, salah seorang pengurus di Wihara tua yang berusia ratusan tahun ini menuturkan bahwa perayaan dan ibadah Imlek di tahun kerbau logam ini tetap dipersiapkan dengan baik. Seperti dengan menyiapkan ratusan lilin berbagai ukuran, menata altar dengan beragam sajian, bunga, serta menggantung lampion hingga memandikan "rupang".

Meski di sisi lainnya Wihara Thay Hin Bio harus menunda beragam perayaan khas seperti atraksi Barongsai, pasar malam, dan pelaksanaan ibadah malam Imlek secara bersama-sama.

Menurut pria keturunan Tionghoa yang telah lama mengabdi di wihara yang terletak di Kampung Pecinan Kota Bandarlampung ini, pelaksanaan ibadah Imlek mengalami penurunan jumlah umat yang beribadah secara tatap muka sebanyak 60 persen dibandingkan perayaan Imlek tahun lalu yang mampu mendatangkan umat sebanyak 800 hingga 1.000 orang selama puncak perayaan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement