Jumat 12 Feb 2021 17:29 WIB

Orang China Berkelana Sampai ke Indonesia

Saat berkelana, Orang China juga membawa adat dan kebiasaan, termasuk perayaan Imlek.

Warga keturunan Tionghoa usai melakukan sembahyang Imlek 2572 di Klenteng Hok An Kiong, Muntilan, Jawa Tengah, Jumat (12/2). Tahun baru Imlek kali ini terasa berbeda, karena sepinya klenteng. Masa pandemi Covid-19 banyak warga keturunan Tionghoa menunda bepergian atau bersembahyang di klenteng.
Foto:

Perkembangan masyarakat Tionghoa semakin pesat saat itu dan mulai merayakan tradisi, salah satunya perayaan Imlek. "Sebenarnya kita hidup berdampingan sejak awal. Dari bahasa budaya makanan adat istiadat itu banyak tradisi Tionghoa itu ada pada kita. Hingga saat ini sulit dibedakan termasuk bahasa, makanan, atau apa pun berasal dari mana. Sebab itu semua sudah menjadi kekayaan kita. Ini artinya orang Tionghoa sudah mewarnai Indonesia menjadi negara yang kaya,” ujar dia.

Beberapa daerah di Indonesia, ada perbedaan dalam perayaan Imlek, walaupun tidak terlalu terlihat signifikan. Yang jelas, rata-rata mereka mempunyai tradisi sama. Misal, untuk jamuan makanan bisa berbeda ada yang menggunakan bandeng ikan paling mahal saat zaman kolonial.

Salah seorang yang merayakan Imlek adalah Dalang Muda, Foe Jose Amadeus Krisna. Dia menjelaskan di tempat tinggalnya, di Semarang, ada tradisi Djie Kauw Meh untuk berbelanja berbagai kebutuhan dalam menyambut datangnya tahun baru.

“Biasanya pusatnya di Pasar Gang Baru. Namun, karena pandemi jadi kurang ramai dan Pasar Imlek Semawis ditiadakan,” kata Jose.

Jose menceritakan tradisi lain yang dirayakan adalah sembahyang leluhur, memasak, dan makan bersama keluarga. Selain itu, ada angpao yang diberikan kepada keluarga yang lebih muda.

Sebelummya, angpao tidak berisi uang seperti yang dilakukan saat ini. Angpao berisi kertas doa dari si pemberi kepada si penerima.

Anak-anak kecil dahulu sudah sangat senang mendapatkan angpao itu. Lambat laun, karena hidup semakin mapan, angpao diberikan kepada anak dan cucu yang diselipi uang agar ditabung.

"Tapi bergesernya zaman, makna angpao juga bergeser. Sudah bukan lagi wujud doa melainkan sudah diidentifikasikan sebagai uang," tambah dia. Sekarang, Jose mulai kembali menerapkan esensi angpao yang sebenarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement