Jumat 12 Feb 2021 16:34 WIB

Aroma Hio di Hari Imlek

Di daerah pecinan Glodok, adat istiadat leluhur masih dipegang erat warga keturuna.

Warga etnis Tionghoa bersembahyang saat perayaan Tahun Baru Imlek 2572 di Vihara Dharmayana, Kuta, Bali, Jumat (12/2/2021). Ibadah tahun baru Imlek saat pandemi COVID-19 tersebut hanya diikuti oleh warga yang tinggal di lingkungan sekitar vihara dengan menerapkan protokol kesehatan seperti mewajibkan penggunaan masker, mengatur jumlah warga yang beribadah serta tidak menyelenggarakan kegiatan yang dapat menimbulkan keramaian seperti pementasan Barongsai.
Foto:

Pada masa Bung Karno dan awal pemerintahan Soeharto, konon sebagian besar uang yang beredar berada di Glodok. Sebelum dilarang di masa pemerintahan Soeharto, di Glodok dapat disaksikan berbagai atraksi kesenian Cina, yang juga diminati pribumi.

Misalnya, pesta-pesta pada tahun baru Imlek yang meriah dan gemerlapan. Lalu, perayaan Cap Go Meh yang berlangsung setiap malam mulai dari Pecinan hingga Meester Cornelis (Jatinegara), dan diteruskan ke Buitenzorg (Bogor), Sukabumi dan Cianjur.

Ketika kita menelusuri jalan-jalan di Pecinan, serta puluhan jalan kecil di sekitarnya, aroma hio terasa menyengat dan merupakan tipikal kawasan ini. Tidak usah heran, hio bagi masyarakat setempat bukan saja dipasangkan di hio lau, tapi juga di pojok-pojok pintu rumah. Itu membuktikan adat istiadat leluhur masih mendapat tempat.

Termasuk bagi generasi mudanya, yang kita dapati banyak mendatangi klenteng-klenteng untuk bersoja sebagai tanda bakti kepada leluhur. Dalam masyarakat Tionghoa, berbakti pada orang tua merupakan kemustian, agar tidak jadi orang doraka.

Di China Town kita akan mendapati belasan sinshe yang membuka praktik pengobatan sejak puluhan tahun lalu. Dulu, ketika dokter masih sedikit, sinshe paling banyak didatangi orang yang ingin berobat.

Di samping sinshe, kita akan mendapati kios-kios pedagang obat-obatan Cina yang dijual secara bebas. Pengobatan Cina, yang dikenal sejak ribuan tahun lalu, kini makin diminati. Sayangnya, banyak obat-obat produk Cina yang palsu, seperti berulang kali disiarkan pers.

Berdekatan dengan Glodok terdapat Kali Besar yang oleh Belanda disebut Groote Kanaal. Dulu merupakan alur pelabuhan, di mana kapal-kapal kecil dapat masuk dan sandar untuk membongkar barang-barang, khususnya rempah-rempah. Sampai tahun 1950-an, banyak perusahaan besar berkantor di Kali Besar. Sebelum perusahaan Belanda dinasionalisasi, mereka berkantor di Kali Besar.

Banyak pegawai Belanda yang datang ke kantor dari Menteng dan Pasar Baru dengan naik trem listrik. Di Kali Besar muara Ciliwung pada saat Peh Cun hari keseratus tahun baru Imlek banyak masyarakat Cina melakukan lomba sampan. Ketika itu airnya masih jernih, sering digunakan untuk mandi oleh anak-anak dan mencuci pakaian oleh ibu-ibu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement