Jumat 12 Feb 2021 13:49 WIB

Facebook Kurangi Konten yang Dimuat Militer Myanmar

Facebook nilai distribusi konten oleh militer Myanmar kandung informasi yang salah.

 Wanita mengenakan gaun pesta memegang spanduk saat mereka berbaris selama protes menentang kudeta militer, di Yangon, Myanmar, 10 Februari 2021. Orang-orang terus berdemonstrasi di seluruh negeri meskipun ada perintah yang melarang pertemuan massal dan laporan peningkatan penggunaan kekuatan oleh polisi terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta.
Foto: EPA-EFE/LYNN BO BO
Wanita mengenakan gaun pesta memegang spanduk saat mereka berbaris selama protes menentang kudeta militer, di Yangon, Myanmar, 10 Februari 2021. Orang-orang terus berdemonstrasi di seluruh negeri meskipun ada perintah yang melarang pertemuan massal dan laporan peningkatan penggunaan kekuatan oleh polisi terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Facebook pada Jumat (12/2) mengatakan akan mengurangi distribusi semua konten dan profil yang dijalankan oleh militer Myanmar karena penyebaran informasi yang salah. Facebook menyebutkan bahwa pihak militer Myanmar terus menyebarkan informasi yang salah setelah mereka merebut kekuasaan dan menahan para pemimpin sipil dalam kudeta pada 1 Februari.

Langkah-langkah yang diambil oleh Facebook itu bukan merupakan larangan, tetapi ditujukan untuk mengurangi jumlah orang yang melihat konten-konten yang diunggah kelompok militer Myanmar tersebut. Tindakan pengurangan distribusi konten itu diterapkan Facebook terhadap sebuah laman resmi yang dijalankan oleh tentara dan satu laman lainnya yang dijalankan oleh juru bicara militer Myanmar. Termasuk ke laman-laman tambahan lainnya yang dikontrol oleh pihak militer yang berulang kali melanggar kebijakan dengan mengunggah informasi salah, kata perusahaan layanan jejaring sosial itu dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Laman-laman tersebut juga tidak akan muncul di umpan berita seperti yang direkomendasikan. Perusahaan raksasa media sosial itu mengatakan pihaknya juga telah menangguhkan kemampuan lembaga pemerintah Myanmar untuk mengirim permintaan penghapusan konten ke Facebook melalui saluran normal yang digunakan oleh para pihak berwenang di seluruh dunia.

"Secara bersamaan, kami melindungi konten, termasuk pidato politik, yang memungkinkan rakyat Myanmar mengekspresikan diri dan menunjukkan kepada dunia apa yang terjadi di dalam negara mereka," kata Rafael Frankel, direktur kebijakan publik Facebook untuk negara berkembang Asia-Pasifik.

Ratusan ribu orang telah melakukan protes di seluruh Myanmar sejak tentara menggulingkan pemerintah sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi dan menahan sebagian besar pemimpin utama pemerintah sipil Myanmar, dikutip dari Reuters.

Baca juga :MUI Khawatir Muslim Rohingya Terdampak Kudeta Myanmar

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement