Kamis 11 Feb 2021 21:52 WIB

Keistimewaan Bulan Rajab Menurut UAH

Empat bulan yang disebut haram ini dsebut nabi dalam hadisnya

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: A.Syalaby Ichsan
Amalan di bulan Rajab.
Foto: republika
Amalan di bulan Rajab.

REPUBLIKA.CO.ID, Memasuki bulan ketujuh dalam tahun Islam atau yang biasa disebut Rajab, muncul berbagai pandangan tentang perlu atau tidaknya melakukan ibadah-ibadah tertentu pada bulan ini. Untuk menjawab hal tersebut, Ustaz Adi Hidayat memaparkan dalam kajian  di Masjid An-Nur Tanah Kusir, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

Ia menyebut, di masyarakat sering muncul berbagai pandangan akan perlu atau tidaknya beribadah ini. Sesama pendukungnya menggunakan hadis atau riwayat tertentu untuk membela argumen tersebut.

Dalam QS at-Taubah ayat 36 Allah SWT bersabda, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan . Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu meng aniaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan keta huilah bahwasanya Allah beserta orangorang yang bertakwa."

"Di antara sekian bulan yang kita la lui, dari 12 bulan dalam setahun, ada empat bulan yang diistimewakan oleh Allah SWT. Nah, bulan-bulan ini di luar bulan Ramadhan dan nantinya akan di rin cikan dalam hadis-hadis Nabi Mu ham m ad SAW," ujar Ustaz Adi.

Empat bulan yang disebut haram ini disebutkan oleh Rasul dalam hadisnya di khutbah wada, yaitu pesan yang disampaikan Nabi setelah menyelesaikan hajinya yang terakhir. Rasulullah SAW memberikan pesan kepada sahabat dan umat-Nya.

Salah satu yang disampaikan Nabi dalam khutbah ini adalah perihal waktu. Beliau menyebut, waktu ini akan terus berputar dan tidak akan pernah kembali. Maka, manfaatkan waktu ini untuk ber amal dan jangan ditinggalkan. Di antara waktu-waktu yang baik, Nabi pun me nye butkan empat bulan yang istimewa ini.

Bulan-bulan tersebut adalah Dzulqaidah, Dzulhijah, Muharram, dan Rajab. Bulan Rajab kini baru memasuki pekan pertamanya. Ada beberapa amalanamalan yang bila dilakukan dapat membawa pahala.

Sunah yang penting dilakukan saat Rajab adalah mengevaluasi diri dengan menerapkan dua hal. Ini yang dilakukan oleh Nabi SAW. "Ada yang menyebut Rajab sebagai bulan introspeksi. Evaluasi diri dan menilai diri," ucap Ustaz Adi.

Hal pertama, yaitu menjauhi perbuatan zalim atau maksiat. Maksiat adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Ketika zalim menjadi salah, perbuatannya disebut dengan maksiat dan menimbulkan dosa.

Ustaz Adi menjelaskan, beberapa ulama dan syekh menyebut jika di bulan Rajab, ketika umat mampu meninggal kan maksiat, maka perbuatan itu mela hir kan pahala berganda dibandingkan bulan-bulan lainnya. Apabila seseorang itu melakukan maksiat, dosanya juga akan berganda.

Ia mengajak jamaah yang hadir un tuk melakukan introspeksi atas perbuatan- perbuatan maksiat yang dilakukan sehari-hari. Menjauhi maksiat yang mungkin dilakukan dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Biasanya, Allah menciptakan segala sesuatu berlawanan, berpasangan. Maksiat ada lawannya, taat. Dan, ini biasanya akan saling menjauhi satu sama lain," lanjutnya.

Ada satu ibadah di mana jika dilaku kan, otomatis akan menjauhkan dari maksiat dan meningkatkan ketaatan. Ibadah ini disebut Ustaz Adi adalah puasa. Puasa meningkatkan keamalan dan ketaatan seorang umat secara bersamaan.

Dalam HR Muslim 1960, disebut, Nabi sering meningkatkan puasa di bulanbulan haram ini, termasuk Rajab. Puasa ini sifatnya sunah dan bertujuan untuk melakukan introspeksi diri.

Dalam hadis itu disebutkan, "Telah menceritakan kepada kami (Utsman bin Hakim Al Anshari), ia berkata, 'Saya ber tanya kepada (Sa'id bin Jubair) mengenai puasa Rajab dan saat itu kami berada di bulan itu.' Maka ia pun menjawab, 'Saya telah mendengar Ibnu Abbas berkata, dulu Rasulullah SAW pernah berpuasa hingga kami berkata berkata bahwa beliau tidak akan berbuka. Dan beliau juga pernah berbuka hingga kami ber kata bahwa beliau tidak akan puasa.'"

Ustaz Adi menyebut, melakukan ibadah di bulan-bulan haram ini memiliki keistimewaan dalam hal jumlah pahalanya. Melakukan amalan-amalan baik dan melakukan introspeksi sangat baik dilakukan bagi seseorang yang mendambakan surga. Karena itu, beribadah saat Rajab ini ada baiknya dilakukan dengan lebih giat agar mencapai citacita tersebut. 

 

sumber : Dialog Jumat
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement