Kamis 11 Feb 2021 06:37 WIB

Pendiri Drone Emprit Bongkar Kejanggalan Isu Aisha Wedding

Ada warnaget yang menduga kasus Aisha Wedding mirip dengan klepon tidak islami.

Pernikahan dini masih marak terjadi di masyarakat (ilustrasi).
Foto: MGROL100
Pernikahan dini masih marak terjadi di masyarakat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Indonesia pada Rabu (11/2), tiba-tiba dihebohkan oleh kabar ajakan menikah muda. Aisha Wedding adalah pihak yang menyerukan ajakan untuk menikah pada usia 12 tahun. Warganet (netizen) pun ikut merespon dengan mengecam ajakan nikah di bawah umur tersebut.

Namun, ada kejanggalan yang terjadi dengan Aisha Wedding, lantaran alamat dan situs yang tidak jelas. Ada juga warnaget yang menduga kasus Aisha Wedding mirip dengan viral klepon tidak islami.

Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi pun membuat analisis percakapan Aisha Wedding. Dia membongkar keanehan Aisha Wedding yang tiba-tiba menyedot pembicaraan semua kalangan. Pun dengan laman Aisha Wedding ternyata baru dibuat pada Selasa (9/1), atau sehari sebelum media ramai memberitakan pernikahan di bawah umur.

"Kalau situs http://aishaweddings.com ini pada tahun 2018 dan sebelumnya, semua redirect ke http://aishaevents.com. Lalu lompat di-update pada 2021. Konten baru (dibuat) 9 Februari 2021. Di tahun 2021, konten baru diupdate tanggal 9 Feb (kemaren banget), dan 10 Februari. Tampak landing page-nya baru dibandingkan dengan last update tahun 2018 lalu," kata Ismail lewat akun Twitter, @ismailfahmi.

Saat dikonfirmasi Republika, Kamis (11/2) pagi WIB, konten laman Aisha Wedding belum lengkap dan baru beberapa halaman yang terisi. Meski begitu, isi provokatif. "Seperti keyakinan tentang poligami untuk kaum muda. Sedangkan bagian layanan, Covid-19, kontak belum diisi. Sepertinya web ini baru dibuat, tapi keburu ketahuan," kata Ismail.

Dia pun menyinggung kalimat provokatif bertuliskan 'manfaat poligami yang bisa dinikmati umat Islam'. "Duh.. haha. Umat Islam yang beneran mau poligami, juga ndak akan menulis seperti itu. Sepertinya terburu-buru bikin kontennya," ucap Ismail.

Ismail juga curiga dengan tiba-tiba ada spanduk beredar terkait promosi Aisha Wedding. Menurut dia, promosi layanan menikah tersebut terasa aneh karena laman belum beres.

"Kecepetan launching. Spanduk sudah dibikin di beberapa titik. Kalau spanduk ada, artinya sudah siap terima layanan. Apalagi ada email dengan domain. Saran: web dilengkapi dulu, yang profesional. Baru spanduk disebar, biar lebih meyakinkan," kata alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

Ismail pun menandai mereka yang pertama kali merespon konten Aisha Wedding di Twitter maupun Facebook. Benar saja, konten itu muncul di Twitter pada Selasa, dan di Facebook mulai Rabu.

Baca Juga : Rekaman Detik-Detik Sebelum Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

"Isu berangkatnya dari Facebook. Di Twitter postingan awal yang tercatat DE dari @SwetaKartika (10:27 pm 9 Feb) dan @representatif (12:10 am 10 Feb) berasal dari netizen biasa yang merespons berita isu dari Facebook tersebut," ujarnya.

Karena terus dibincangkan, akhirnya misi menyebarkan isu Aisha Wedding cukup berhasil. Kehebohan di lini masa terjadi. Hal itu lantaran banyak pengguna Twitter yang berkomentar sinis terhadap pernikahan di bawah umur. Bahkan ada secara tidak langsung membidik 'Islam' terkait praktik poligami.

"Kalau melihat komentar-komentar yang paling populer di Twitter, sebagian curiga ini bisnis betulan. Tapi banyak yang isinya percaya bahwa 'Aisha Weddings' ini betul-betul ada, sehingga menuding: ada penggunaan agama untuk trafficking, bisnis esek-esek, agenda pedofilia, poligami," kata Ismail.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement