Rabu 10 Feb 2021 22:50 WIB

PT Muhammadiyah Didorong Kembangkan Sains dan Teknologi

Sains dan teknologi diharap dikembangkan PT Muhammadiyah.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Hafil
 PT Muhammadiyah Didorong Kembangkan Sains dan Teknologi. Foto:  Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Foto: Republika/ Wihdan
PT Muhammadiyah Didorong Kembangkan Sains dan Teknologi. Foto: Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL -- Pengembangan sains dan teknologi hari ini mutlak dibutuhkan untuk mampu bersaing secara global. Ini turut menjadi perhatian Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengatakan, sejatinya Indonesia memang sudah memiliki kemampuan melakukan itu. Dengan sumber daya yang ada, ia menekankan, impian meningkatkan derajat menjadi negara maju sangat kuat.

Baca Juga

Ia mengingatkan, dasar pergerakan Muhammadiyah merupakan tajdid dengan perspektif Islam berkemajuan. Untuk beberapa bidang seperti amal usaha, pengelolaan ekonomi dan kemampuan SDM yang integrasikan ilmu dan agama Muhammadiyah sudah terdepan.

Kemudian, ada Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) yang sebenarnya sudah memiliki tradisi ilmu dan sains terbangun. Tapi, Haedar berpendapat, belum terbiasa dengan penelitian-penelitian yang sifatnya institusional atau kelembagaan.

"Baik itu ilmu sosial, humaniora, agama maupun ilmu eksakta. Tujuannya, memberikan kontribusi berkemajuan dalam bidang sains dan teknologi lingkungan Muhammadiyah," kata Haedar dalam seminar virtual yang diselenggarakan LP3M UMY, Rabu (10/2).

Harus ada pula peran besar dilakukan pimpinan universitas untuk memobilisasi guru besar dan doktornya, mentransformasi kebiasaan dan riset individual maupun kelompok yang terindeks scopus. Programnya harus produktif untuk penelitian institusional.

Hal tersebut mengacu kepada fakta kalau Indonesia sedikit tertinggal dari negara-negara lainnya, khususnya dalam bidang pengembangan riset dan teknologi. Sudah ada beberapa negara yang mengembangkan teknologi 5.0, sementara di Indonesia masih 4.0.

"Kondisi inilah yang seharusnya menjadi pemantik para peneliti di PTMA khususnya agar terus berkarya menghasilkan sebuah penelitian yang berkualitas, demi tercapainya riset sains dan teknologi yang mumpuni," ujar Haedar.

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prof Khudzaifah Dimyati menambahkan, ada strategi pola pikir dan paradigma di ilmuan Muhammadiyah untuk sosial sains. Jadi, penelitian eksakta dan sosial di lingkungan Muhammadiyah belum seimbang.

"Harus ada kolaborasi sebenarnya sosial dan sains, saling menyapa dengan ilmu lain juga, tapi tetap bermuara kepada basis nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan," kata Khudzaifah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement