Rabu 10 Feb 2021 14:27 WIB

Masuk Surga atau Neraka Menjadi Hak Mutlak Allah SWT?

Surga atau neraka menjadi hak penuh yang dimiliki Allah SWT

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Surga atau neraka menjadi hak penuh yang dimiliki Allah SWT. Ilustrasi Surga
Foto: Pixabay
Surga atau neraka menjadi hak penuh yang dimiliki Allah SWT. Ilustrasi Surga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Surga atau neraka menjadi hak sepenuhnya dari Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan Nabi Muhammad SAW. 

Ketika salah seorang sahabat Rasulullah Muhammad SAW, Utsman bin Mazh’un wafat, seorang wanita dari penduduk Madinah bernama Ummu Ala bersaksi di hadapan Nabi. Kesaksiannya itu boleh dikatakan mendahului ketetapan Allah SWT, sehingga Nabi pun menegurnya.

Baca Juga

Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Mukjizat Alquran" menjabarkan mengenai perkataan Ummu Ala saat hari wafatnya Utsman bin Mazh’un. Dia berkata: 

رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْكَ أَبَا السَّائِبِ، فَشَهَادَتِي عَلَيْكَ لَقَدْ أَكْرَمَكَ اللَّهُ “Rahmatallahi ‘alaika ya Aba as-sa’bi, fasyahadaaati alaika laqad akramakallahu.” 

 

Yang artinya: “Berbahagialah engkau wahai Abu As-Saib (gelar Usman bin Mazh’un). Kesaksianku atasmu adalah bahwa Allah telah menganugerahimu (surga),”. Mendengar hal itu, Rasulullah pun berkomentar: 

وَمَا يُدْرِيكِ أَنَّ اللَّهَ أَكْرَمَهُ “Wa maa yudriki annallaha akramahu?”. Yang artinya: “Dari mana anda tahu bahwa Allah telah memberinya anugerah?”  Ummu Ala pun menjawab: 

 لاَ أَدْرِي بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ‏ “La adry bi-abiy anta ya Rasulallahi faman yakrimuhullahu?”  Yang artinya: “Demi Tuhan, wahai Rasulullah, siapa lagi yang dianugerahi Allah kalau bukan yang semacamnya?” Mendengar hal ini, Rasulullah SAW pun bersabda: 

أَمَّا عُثْمَانُ فَقَدْ جَاءَهُ ـ وَاللَّهِ ـ الْيَقِينُ وَإِنِّي لأَرْجُو لَهُ الْخَيْرَ، وَاللَّهِ مَا أَدْرِي وَأَنَا رَسُولُ اللَّهِ مَا يُفْعَلُ بِي “Amma huwa faqad jaa-ahul-yaqinu wallahi inniy la-arju lahul-khaira wallahi maa adri wa ana Rasulallahi maa yaf’alu bihi.” 

Yang artinya: “Memang telah datang kepadanya kematian, dan aku mengharap kebaikan untuknya. Tetapi demi Allah, aku (sendiri pun) tidak tahu (mengenai ketetapan surga) walaupun aku pesuruh Allah bagaimana aku diperlakukan kelak.”  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement