Selasa 09 Feb 2021 04:18 WIB

Permukaan Laut Naik pada Tingkat Mengkhawatirkan

Lapisan es sekarang mengikuti skenario terburuk pemanasan iklim

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Gita Amanda
Lapisan es kutub selatan
Lapisan es kutub selatan

REPUBLIKA.CO.ID, Kenaikan permukaan air laut berada pada tingkat mengkhawatirkan akibat perubahan iklim. Ocean Science (OS), jurnal ilmiah internasional menulis bahwa gangguan konsentrasi gas rumah kaca mengubah keseimbangan fluks energi antara atmosfer dan permukaan laut, serta keseimbangan fluks massa ke dan dari gletser es.

Ilmuan Inggris telah mengeluarkan peringatan serupa dalam penelitian baru bahwa laju hilangnya es di seluruh dunia cocok dengan skenario terburuk permasalahan iklim. Sebuah tim dari Edinburgh and Leeds dan University Collage London mengatakan laju pencairan es di seluruh wilayah kutub dan pegunungan dunia telah meningkat tajam dalam tiga dekade terakhir.

Menggunakan data satelit, para ahli menemukan bahwa Bumi kehilangan 28 triliun ton es antara 1994 hingga 2017. Laju kehilangan meningkat dari 0,8 triliun ton per tahun pada 1990an menjadi 1,3 trilion ton per tahun pada 2017, dengan potensi konsekuensi bencana bagi orang yang tinggal di daerah pesisir.

“Lapisan es sekarang mengikuti skenario terburuk pemanasan iklim yang ditetapkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC),” kata seorang peneliti di Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub di Leeds, Thomas Slater dilansir Daily Sabah, Senin (8/2).

Dia menegaskan kenaikan permukaan laut dalam skala itu akan berdampak sangat serius pada masyarakat pesisir pada abad ini. Masukan dari IPCC Perserikatan Bangsa-bangsa sangat penting untuk membentuk strategi perubahan iklim internasional, termasuk Perjanjian Paris 2015, di mana sebagian besar negara penghasil gas rumah kaca sepakat untuk mengurangi dampak pemanasan global.

Kesepakatan iklim Paris bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga di bawah 2 derajat Celsius, dan mendorong negara-negara untuk bekerja menuju batas 1,5 derajad Celsius.

Penemuan yang dipublikasikan bulan lalu di jurnal European Geosciences Union, The Cryosphere adalah yang pertama yang menggunakan data satelit. Temuan itu mensurvei 215 ribu gletser gunung di seluruh dunia, lapisan es kutub di Greenland dan Antartika, es yang mengapung di sekitar Antartika, dan es laut yang melayang di Kutub Utara dan Lautan Selatan.

Survei menemukan kerugian terbesar dalam tiga dekade terakhir berasal dari es Laut Arktik dan lapisan es Antartika, keduanya mengapung di lautan kutub. “Saat es laut menyusut, lebih banyak energi matahari diserap oleh lautan dan atmosfer, menyebabkan Arktik memanas lebih cepat daripada tempat lain di planet ini,” kata Isobel Lawrence.

Kondisi itu tidak hanya mempercepat pencairan es laut, tetapi juga memperburuk pencairan gletser dan lapisan es yang menyebabkan permukaan laut naik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement