Senin 08 Feb 2021 14:13 WIB

Tetap Optimistis di Tengah Rindu Pembukaan Sekolah

Setiap lembaga memiliki waktu untuk mengevaluasi kesiapan pembelajaran masing-masing

Guru Pra TK-TK Lazuardi Kamila Global Compassianote School (SCS) Solo melakukan kunjungan wisata secara daring di sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Kamis (21/1/2021). Kegiatan beajar luar sekolah secara daring tersebut untuk mengenalkan siswa berbagai tempat wisata dan kuliner khas Solo, sekaligus mencegah penyebaran virus COVID-19.
Foto: Antara/Maulana Surya
Guru Pra TK-TK Lazuardi Kamila Global Compassianote School (SCS) Solo melakukan kunjungan wisata secara daring di sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Kamis (21/1/2021). Kegiatan beajar luar sekolah secara daring tersebut untuk mengenalkan siswa berbagai tempat wisata dan kuliner khas Solo, sekaligus mencegah penyebaran virus COVID-19.

Oleh Iing Felicia, Pemerhati anak usia dini; pendidik dan praktisi di TK Tzu Chi

REPUBLIKA.CO.ID,Berbagai perubahan terjadi saat pandemi Covid-19 melanda. Keadaan menjadi sulit bagi masyarakat, termasuk guru dan siswa. Sebelum pandemi, mereka semua leluasa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kesehatan  adalah yang terutama, sehingga kegiatan itu harus terhenti dan melakukan transformasi melalui pembelajaran jarak jauh.

Pada akhir  2020, dunia pendidikan dikejutkan oleh rencana diberlakukannya pembelajaran tatap muka pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 di Indonesia berdasarkan SKB empat menteri tentang panduan pembelajaran pada tahun ajaran 2020/2021 dan tahun akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Euforia dan was-was dari segenap insan dunia pendidikan bermunculan. 

Beberapa orang tua yang mewakili komite sekolah mulai mempertanyakan apakah sekolah kami termasuk salah satu sekolah yang sudah mempersiapkan diri untuk mengeksekusi pembelajaran tatap muka ini? Bagaimana proses pembelajarannya? Berapa lama waktu belajar? Kapan akan diberlakukan? Siapa yang akan mendampingi anak saya bila nanti rewel? Apakah guru-guru bisa menjamin bahwa anak-anak mereka yang berusia belia bila dititipkan di sekolah tidak akan terpapar Covid-19 yang semakin tidak terkendali?

Terlebih lagi dengan kelincahan anak KB dan TK yang masih suka memberikan makanan kepada teman sekolas ataupun bertukar botol minum. Langkah apa yang akan dilakukan sekolah apabila ternyata ada guru yang menjadi carrier atau orang tanpa gejala? Beragam pertanyaan dari A sampai Z yang mengarah kepada kesiapan satuan pendidikan bila itu dijalankan.

Penurunan jumlah orang yang terpapar Covid-19 belum melandai dan bahkan penularan varian baru Covid-19 lebih dasyat.  Dinas Pendidikan melalui Surat Edaran No. 1/SE/2021 tanggal 8 Januari 2021 memutuskan pembelajaran tetap menggunakan metode belajar dari rumah (BDR) sampai ada ketentuan lebih lanjut.

Kembali kepada masalah pembukaan sekolah dan merespon kecemasan orang tua, saat ini setiap lembaga termasuk guru mendapatkan tambahan waktu mengkaji dan mengevaluasi kesiapan diri dengan mantap.

Ada tiga poin penting yang dipaparkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (mendikbud) Nadiem Makarim dalam surat keputusan bersama (SKB) empat menteri. Pertama, menurut Nadiem, keputusan untuk membuka sekolah harus mendapat persetujuan selain dari pemerintah daerah juga dari pihak sekolah dan komite sekolah yang merupakan perwakilan para orang tua murid.

Kedua, orang tua tidak harus khawatir kalau sekolah itu tidak bisa memaksa anak itu untuk pergi ke sekolah bila orang tua lebih nyaman melanjutkan pembelajaran jarak jauh. Ketiga, sekolah yang dibuka akan membuat kebijakan yang berbeda dengan saat sebelum pandemi Covid-19. Jumlah siswa yang hadir dalam satu sesi kelas hanya boleh 50 persen. Sekolah juga diminta untuk memberlakukan rotasi atau shift untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah.

Nadiem juga menegaskan bahwa siswa wajib menggunakan masker saat belajar tatap muka di sekolah, selama pandemic Covid-19. Selain itu, meniadakan kegiatan ekstrakulikuler selama pandemi dan layanan kantin sekolah juga ditutup. Murid diminta untuk segera pulang ke rumah setelah proses belajar selesai.

Kesehatan fisik dan mentalitas serta keselamatan peserta didik, pendidik, keluarga, dan masyarakat adalah prioritas utama dalam penetapan pembukaan sekolah (unicef.org). Sarana prasarana yang menjadi keharusan adalah: toilet bersih dan layak, wastafel dengan air mengalir atau handsanitizer, disinfektan rutin, kesediaan pengukur suhu badan, memiliki akses cepat fasilitas layanan kesehatan. Memiliki pemetaan data warga satuan pendidikan.

Adalah penting bagi penulis sebagai pendidik yang masih dipenuhi tanda tanya pola pembelajaran tatap muka yang sesuai dengan kondisi sekolah dan harapan orang tua serta pemangku kepentingan. Beragam webinar, Forum Group Discussion, serta arahan dari pengawas dan pembina selalu penulis ikuti agar memperoleh pemahaman yang akurat. Beberapa model yang antara lain : 

  • Tatap muka murni dimana pembelajaran kembali seperti kondisi sebelum merebaknya pandemi Covid-19.
  • Blended Learning yaitu penggabungan antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran dalam jaring (daring), baik dari cara penyampaian hingga gaya pembelajaran, sehingga kombinasi pengajaran yang tercipta tetap menekankan interaksi sosial, tapi tidak meninggal aspek teknologi.
  • Hybrid Learning adalah pembelajaran yang menggabungkan berbagai pendekatan dalam pembelajaran yakni pembelajaran tatap muka, dan pembelajaran berbasis teknologi. Sekilas hampir mirip tapi berbeda. 

Apapun gaya yang nantinya akan diimplementasikan dalam pembelajaran era tatanan hidup baru dapat adopsi. Seperti ungkapan yang sering didengungkan “Guru adalah insan pembelajaran.” 

Semua pihak, termasuk penulis saat ini berharap pemulihan dampak pandemi seraya menanti berita positif yang menyegarkan untuk memulai tatap muka di era tatanan hidup baru.

 

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement