Senin 08 Feb 2021 13:50 WIB

Gaya Malaysia Entaskan Pandemi

Pada Januari 2021, PKP ke-2 mulai diberlakukan lagi yang masih berlangsung hari ini

Seorang pria berjalan melewati spanduk bertuliskan
Foto: EPA-EFE / FAZRY ISMAIL
Seorang pria berjalan melewati spanduk bertuliskan

Oleh Dewi R Yuniar (Mahasiswi Master of Counseling dari Islamic Science University Malaysia (USIM) 

REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi Covid-19, telah berjalan hampir setahun. Berbagai negara berusaha mengatasi pandemi ini dengan cara dan gayanya masing-masing. Begitu juga dengan negeri jiran Malaysia.

Pada awalnya Malaysia menjalankan Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) atau “lockdown” dari 18 Maret 2020 dan terus diperpanjang per dua minggu sampai 4 Mei 2020. Ini kemudian dilanjutkan dengan Perintah Kawalan Pergerakan Bersyarat (PKPB), yaitu dibukanya kembali aktivitas ekonomi dan kemasyarakatan lainnya dengan norma baru dan protokol kesehatan yang ketat. 

Malaysia sempat sukses menurunkan rantai penyebaran Covid sampai sekitar bulan Oktober 2020, ketika kasus positif kembali naik seiring dengan adanya pemilu di Sabah pada bulan September 2020. Pada  Januari 2021, PKP ke-2 mulai diberlakukan lagi yang  masih berlangsung hari ini dikarenakan kasus yang kambali meningkat. Bagaimana gaya Malaysia dalam mengatasi covid -19 ? apakah ada perbedaan dengan di Indonesia ?

Norma Baru di  Masa Pandemi  

Ada beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia dalam usahanya membendung virus Covid-19. Diawal kasus Covid-19 tersebar, dilaporkan masih hitungan ratusan orang saja. Namun demikian pemerintah Malaysia sudah mengumumkan bahwa sekolah ditutup, kampus diliburkan, bahkan karyawan dan pegawai pun bekerja dari rumah. Hanya tempat-tempat tertentu yang diizinkan untuk dibuka, diantara yang boleh dibuka adalah pasar dan supermarket. Itupun dari satu keluarga hanya boleh keluar rumah satu orang saja, tidak boleh lebih. Ini kemudian secara bertahap direvisi menjadi dua orang sampai empat orang yang boleh keluar rumah, namun itupun hanya untuk keperluan yang mendesak. 

Setiap rumah makan, mall, toko, supermarket mewajibkan penggunaan masker bagi seluruh karyawan dan pengunjung. Serta adanya pembatasan jumlah pengunjung yang boleh masuk pada waktu bersamaan, ada yang membatasai maksimal 100 orang, ada juga yang hanya 50 orang, tergantung dari kapasitas tempat masing-masing.

Selain itu, pengunjung wajib melakukan scan aplikasi My Sejahtera, dari smartphonenya masing-masing sebelum masuk ruangan manapun, sehingga jika ada kasus positif mudah terlacak siapa-siapa saja yang memiliki kemungkinan tertular, dan bisa cepat diberikan bantuan. Ini berhasil menekan jumlah yang tertular, termasuk menekan angka kematian akibat Covid-19. 

Jika melanggar protokol kesehatan maka akan dikenakan denda cukup tinggi, yaitu 1000 ringgit atau setara dengan 3,4 juta rupiah. Pilihan lainnya bisa dikenakan penjara selama satu hari. Semua kegiatan diawasi, aparat polisi dan tentara dikerahkan, hampir disetiap sudut jalan, ada penjagaan aparat, demi memastikan semua disiplin mengikuti arahan. 

Pemerintah Malaysia juga memberikan berbagai bantuan paket subsidi kepada rakyatnya, diantaranya potongan listrik dan air, bantuan untuk pensiunan, bantuan untuk mahasiswa internasional yang belum sempat pulang ke negaranya, termasuk keringanan memperpanjang SIM dan STNK.

Sayangnya, keberlangsungan norma baru yang sudah berjalan dengan baik itu, sempat terganggu oleh adanya kegiatan pilihan raya daerah yang dilakukan di Sabah pada bulan September 2020. Sehingga mulai Oktober 2020 kasus kembali meningkat dan bahkan tidak terkendali, sampai sekarang. 

Apa yang harus kita lakukan?

Berbagai pakar baik di dalam maupun di luar negeri, memperkirakan kondisi pandemi masih akan berlangsung tahun ini, bahkan sampai tahun depan. Oleh karena itu diperlukan kesiapan kita untuk menghadapi situasi seperti ini.

Pertama, hindari sikap denial (menolak dari kenyataan) bahwa Covid-19 itu masih ada dan belum hilang. Walaupun sudah ada vaksin tapi distribusinya secara bertahap, sehingga dampaknya mungkin belum bisa dirasakan dalam jangka pendek. 

Kedua, harus disiplin melaksanakan protokol kesehatan 3 M: mencuci tangan menggunakan sabun, menjaga jarak minimal 1 meter, dan menggunakan masker diluar rumah.Jangan pernah lengah.

Ketiga, ketahanan ekonomi itu ternyata penting, baik dilevel pemerintah maupun dilevel individu. Bijaksanalah dalam mengendalikan pemasukan dan pengeluaran ekonomi keluarga. Perhatikan dan kendalikan arus kas yang masuk maupun yang keluar.

Keempat, perhatikan juga kesehatan mental kita. Jangan stress. Takut tertular Covid, bukan berarti kita menjadi paranoid, tetapi yang terpenting adalah menumbuhkan coping strategy untuk diri kita sendiri supaya terhindar dari stress, misalnya membatasi diri dari membaca berita yang berlebihan, pantau hanya berita resmi dari pemerintah, sekadar untuk update informasi terkini saja.  

Buatlah rutinitas  dengan keluarga di dalam rumah: misalnya melaksanakan sholat berjamaah (bagi muslim), mulai berbagi tugas rumah antara suami, istri dan anak-anak (jika sudah memungkinkan), memperbanyak quality time dengan keluarga. Bisa juga melanjutkan hobby yang tertunda yang bermanfaat dan berpeluang dikembangkan semasa pandemik, seperti merawat tanaman, berolahraga ringan dirumah. 

Jangan pernah lelah untuk berdoa dan berikthtiar. Jauhi sikap putus asa. Berusaha terus mencari berbagai hikmah dibalik setiap kejadian yang ada. Semoga Allah SWT melindungi diri kita dan keluarga. Aamiin Ya Rabbal A’alamin.***

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement