Senin 08 Feb 2021 13:45 WIB

Biksu Myanmar Turun ke Jalan Bergabung Menentang Kudeta

Polisi Myanmar Tembakan Water Canon ke Pengunjuk Rasa

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Demonstran berkumpul untuk memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2). Ribuan orang ambil bagian dalam protes di Yangon.
Foto: EPA-EFE / LYNN BO BO
Demonstran berkumpul untuk memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2). Ribuan orang ambil bagian dalam protes di Yangon.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Polisi Myanmar menembakkan meriam air pada pengunjuk rasa anti-kudeta di ibu kota Naypyidaw. Ribuan orang Myanmar turun ke jalan untuk menentang pengambilalihan kekuasaan secara paksa yang dilakukan militer pekan lalu.

Dalam sebuah rekaman video terlihat polisi melepaskan tembakan  meriam air untuk membubarkan massa. Dalam video itu terlihat sejumlah demonstran terluka usai terpelanting terkena tembakan water canon. Polisi berhenti menggunakan senjata itu setelah pengunjuk rasa memintanya. Tetapi demonstrasi masih berlangsung.

Baca Juga

Dalam unjuk rasa Senin (8/2) sekelompok biksu jubah warna kuning ikut turun ke jalan bersama warga dan mahasiswa. Saksi mata mengatakan, para biksu itu mengibarkan bendera Buddha multiwarna berdampingan dengan spanduk warga merah, warna partai berkuasa National League for Democracy (NLD) yang dipimpin Aung San Suu Kyi yang masih ditahan bersama politisi terpilih lainnya.

"Bebaskan Pemimpin Kami, Hormati Pilihan Kami, Tolak Kudeta Militer," tulis salah satu spanduk unjuk rasa.

Gelombang unjuk rasa yang melanda Myanmar kali ini menjadi unjuk rasa terbesar sejak Revolusi Safron. Unjuk rasa anti-pemerintah Myanmar 2007 yang dipimpin biksu Budha pad 2007 dan membantu reformasi demokrasi yang dipatahkan kudeta militer 1 Februari lalu.

Baca juga : Demonstran Rangkul Polisi Melawan Kudeta Militer Myanmar

"Pengunjuk rasa dari setiap sudut Yangon, mari keluar dengan damai dan bergabung dengan pertemuan rakyat," kata aktivis Ei Thinzar Maung di akun Facebook miliknya.

Aktivis menggunakan VPN untuk menghindari blokir yang diterapkan pemerintah militer terhadap media sosial. Ribuan orang bergerak di kota pinggir pantai Dawei dan di Kachin. Mereka memakai pakaian serba hitam.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement