Senin 08 Feb 2021 10:16 WIB

Tingkatkan Imunitas, Tim Peneliti UNS Ciptakan Curcuma Pro

Curcuma pro terbuat dari herbal yang diyakini imunitas tubuh dari ancaman penyakit

Rep: binti sholikah/ Red: Hiru Muhammad
Gedung dr Prakosa Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Foto: Republika/Binti Sholikah
Gedung dr Prakosa Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO-–Tim peneliti dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menciptakan inovasi minuman herbal yang berfungsi sebagai imunomodulator atau peningkat imunitas. Minuman yang diberi nama Curcuma Pro itu digagas oleh tim peneliti yang terdiri dari, Joko Sutrisno dosen Fakultas Pertanian, Hartono selaku Direktur Rumah Sakit UNS, Eddy Triharyanto dosen Fakultas Pertanian, dan Munawir Yusuf dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Curcuma Pro dibuat dari bahan-bahan herbal, diklaim memiliki kandungan yang bermanfaat untuk meningkatkan imunitas dan membantu mencegah paparan Covid-19. Bahan-bahan herbal yang dipakai antara lain, kunyit, jahe, temulawak, madu hutan, dan coco nectar.

"Berdasarkan berbagai literatur, temulawak dan kunyit mengandung curcumin. Sementara itu, jahe mengandung gingerol. Hasil riset kami menunjukan bahwa curcumin itu dapat berfungsi sebagai imunomodulator pada pasien yang terinfeksi SARS CoV-2 (Covid-19). Nah, madu hutan dan coco nectar berfungsi sebagai pemanis," terang Hartono seperti tertulis dalam siaran pers, Ahad (7/2).

Sementara itu, koordinator tim peneliti, Joko Sutrisno menjelaskan, penelitian ini berhasil mendapatkan pendanaan hibah dari program Difusi Inovasi yang diadakan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek/BRIN) pada 2020. Bekerja sama dengan PT Synthesa Herba Salatiga untuk proses produksi, kini tim peneliti UNS sudah membuat 7.000 botol Curcuma Pro. Minuman herbal tersebut sudah didistribusikan di sejumlah instansi seperti Kemenristek/BRIN, sejumlah rumah sakit, pemerintah daerah, dan pondok pesantren.

Meski demikian, produk Curcuma Pro belum dijual secara umum. Tim peneliti masih menganalisis dan memperkuat landasan ilmiah serta mengurus izin edar sebelum memasarkannya ke masyarakat.

"Kami sedang menganalisiskan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (BP2TOOT) di Tawangmangu. Ini masih kami analisis laboratoriumkan seperti setiap 15 mililiter itu mengandung curcumin dan gingerol berapa, terus dosis yang tepat dari curcumin dan gingerol berapa miligram per harinya," papar Joko Sutrisno.

Saat ini, Curcuma Pro yang sudah diproduksi terbatas dikemas dalam botol dengan isian sebanyak 500 mililiter. Minuman ini disarankan untuk dikonsumsi sehari dua sampai tiga kali dengan aturan pakai satu sampai dua sendok makan tiap minum. Jika disimpan dalam suhu ruang, Curcuma Pro dapat bertahan hingga dua tahun."Kami masih terus memperbaiki dari segi produk maupun kemasan. Harapan kami tahun ini bisa dipasarkan secara luas," pungkasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement