Senin 08 Feb 2021 06:41 WIB

Lampu Hijau untuk Kompetisi Olahraga Tanah Air

Konsistensi taat aturan protokol Covid-19 menjadi tantangan.

Sejumlah pemain Persib Bandung menjalani sesi latihan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, Selasa (25/8). Tim Persib Bandung kembali menggelar latihan untuk mengembalikan stamina dan kerja sama tim sebagai persiapan kompetisi Liga Indonesia jika dimulai kembali usai dihentikan sementara akibat pandemi Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Sejumlah pemain Persib Bandung menjalani sesi latihan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, Selasa (25/8). Tim Persib Bandung kembali menggelar latihan untuk mengembalikan stamina dan kerja sama tim sebagai persiapan kompetisi Liga Indonesia jika dimulai kembali usai dihentikan sementara akibat pandemi Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika

Oleh : Israr Itah*

REPUBLIKA.CO.ID, Kabar baik datang dari pihak kepolisian. Dalam webinar SIWO Pusat berjudul "Harapan Olahraga Indonesia di Tengah Pandemi" di Jakarta, Rabu 3 Februari, Kepala Bidang Kerja Sama Baintelkam Polri Kombes Pol Budi Sajidin menyatakan Liga 1 sudah mendapatkan lampu hijau untuk memulai kompetisi. Walau hingga tulisan ini dibuat, secara resmi izin itu belum turun dan diumumkan, setidaknya pernyataan ini bisa menjadi angin segar di tengah ketidakpastian vakumnya kompetisi olahraga profesional di Tanah Air. Selain Liga 1 dan Liga 2 di sepak bola, ada IBL untuk bola basket dan Proliga di voli yang juga hampir setahun tak menggelar kegiatan.

Budi dalam kesempatan webinar tersebut menjelaskan, pihak kepolisian bukannya tidak memikirkan perkembangan olahraga di Tanah Air. Hanya, kata dia, pihaknya harus mengikuti perintah tertinggi dari Kapolri lewat telegram pada November 2020 tentang belum diperkenankannya izin keramaian. Ini sebagai langkah antisipasi untuk mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas.

Namun menurut Budi, keputusan ini bukan harga mati. Ia meminta penyelenggara olahraga yang mau menggelar kompetisi bersurat ke mabes polri dengan persyaratan lengkap, yakni protokol kesahatan ketat, rekomendasi Gugus Tugas Covid-19, KONI, Kemenpora, dan pihak terkait lainnya. Menurut Budi, jika ini bisa dipenuhi, bukan mustahil izin bisa dikeluarkan.

Ia memberikan contoh pemilihan kepala daerah (pilkada) yang bisa digelar. Sebab dalam pelaksanaannya, tercantum jelas 14 syarat yang berlaku menyeluruh tentang tata cara penyelenggaraan pilkada. Menurut dia, selama otoritas dan stakeholder olahraga Tanah Air bisa merumuskan hal serupa dengan cermat, ada peluang izin dari pihak kepolisian bisa dikeluarkan.

Seperti disebutkan di atas, sampai saat tulisan ini dibuat, izin Liga 1 tersebut belum juga terbit. Namun melihat perkembangan dan begitu seriusnya PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) mempersiapkan diri menggelar kompetisi dengan meminimalisasi risiko penyebaran Covid-19, kita bisa berharap izin itu keluar. LIB sudah menerapkan Yogyakarta dan Solo sebagai sentralisasi penyelenggaraan kompetisi. Nantinya tim-tim kontestan Liga 1 akan bermarkas di sana. Prosedur pelaksanaan kompetisi yang mengikuti protokol kesehatan sudah dirancang sedemikian rupa jauh-jauh hari. Pendekatan kepada pihak kepolisian dan instansi terkait intens dilakukan. Tinggal dukungan setiap stakeholder sepak bola agar izin bisa keluar dan tidak dicabut di tengah jalan.

Anggap saja kepolisian sudah menerbitkan izin keramaian, pelatih, pemain, dan staf tim harus menjaga keprcayaan itu sebaik mungkin. Jangan sampai muncul berita ada pemain atau anggota tim keluar keluyuran dari tempat mereka menginap atau tidak mematuhi protokol kesehatan yang digariskan LIB. Sebelum mereka melakukan itu, coba pikirkan lagi setahun ke belakang betapa mereka tak bisa beraksi di lapangan dan pemasukan berkurang karena gaji mereka dipotong.

Sementara para suporter yang katanya mencintai begitu hebat tim kesayangan mereka, tolong bisa menahan diri untuk tidak berkerumun. Entah itu berkumpul di luar stadion atau menggelar nonton bareng. Sayang sekali bila setelah setahun menanti, liga kembali tak bisa bergulir gara-gara ulah kalian. Andai kalian tak percaya Covid bisa mengenai kalian atau kalaupun kena kalian merasa kebal dan tidak akan mati, tolong tepikan dulu ego tersebut. Sebab ego itu justru akan berpeluang besar kembali mengorbankan pemain dan tim kesayangan kalian. Cukup dukung tim kesayangan kalian dari rumah dengan dan menyaksikan pertandingan di televisi dan live streaming.

Pihak lain yang harap-harap cemas menanti izin kepolisian adalah IBL yang menjadi operator kompetisi bola basket tertinggi di Tanah Air, IBL. Untuk IBL, seharusnya tidak ada alasan izin tersebut tidak keluar. Sebab, IBL sudah merancang kompetisi mereka sedemikian rupa mengikuti protokol kesehatan seperti NBA. Dengan sistem bubble atau terpusat di satu tempat, pelatih, pemain, staf tim, dan panitia pertandingan harus mengikuti protokol kesehatan ketat. Mulai dari tiga kali tes PCR sebelum masuk, tersedianya klinik 24 jam dan ruang isolasi di penginapan, tes PCR di tengah kompetisi, serta sederet aturan lainnya.

Saat PSSI dan LIB masih mencemaskan faktor suporter, tidak demikian dengan IBL. Sebab, para suporter tim-tim kontestan IBL relatif lebih mudah diatur. Jika mereka tidak diizinkan hadir menyaksikan laga dari bangku penonton, para suporter klub-klub IBL itu bisa dipastikan tidak akan datang. Mereka akan patuh menunggu tim kesayangan mereka berlaga dengan menyaksikan via layar kaca atau live streaming. Sehingga, kekhawatiran ada kerumunan orang dalam jumlah banyak dan berpotensi menimbulkan kluster baru Covid-19 tidak beralasan sama sekali. Sehingga, saya juga percaya, IBL akan segera mendapatkan izin untuk menggelar kompetisi mereka yang akan dipadatkan mulai Maret.

Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali harus terus membantu para pengelola kegiatan olahraga ini dengan menjalin komunikasi intensif dengan kapolri baru Irjen Pol Listyo Sigit Prabowo. Saya kira tugas Pak Menpora akan lebih mudah. Sebab, Pak Kapolri kebetulan juga menjabat sebagai Sekjen PP PBSI, otoritas olahraga bulu tangkis di Tanah Air. Saat pengurus baru PP PBSI yang dipimpin Agung Firman Sampurna diumumkan pada Desember lalu, Listyo masih menjabat sebagai kepala badan reserse kriminal Polri. Hanya dalam rentang sebulan, Listyo naik pangkat dan menjabat sebagai Kapolri.

Komunikasi intensif seluruh pihak terkait dan dan komitmen penyelenggara olahraga untuk menggelar kompetisi dengan sungguh-sungguh mengikuti protokol kesehatan tampaknya menjadi faktor kunci. Setelah setahun kita belajar banyak hal soal Covid-19, tampaknya sudah saatnya olahraga kita kembali bergulir. Bukan hanya kompetisi, melainkan juga izin pemusatan latihan daerah (pelatda) dan pemusatan latihan nasional (pelatnas).

Selama ini, kegiatan pelatda dan pelatnas terganggu karena adanya pembatasan izin penggunaan sarana olahraga. Padahal agenda olahraga multi event tahun ini padat. Di dalam negeri ada Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua. Di luar ada Olimpiade Tokyo dan SEA Games Hanoi, Vietnam. Tanpa persiapan memadai, kita dipastikan hanya sekadar berpartisipasi.

Mengutip kata anggota Komisi X DPR RI Dede Yusuf, olahraga itu bergerak. Kalau tidak bergerak, bukan olahraga namanya. Maka, sudah saatnya kompetisi olahraga di Tanah Air segera bergulir. Sembari menjaga protokol kesehatan ketat dan mencegah munculnya kluster baru Covid-19. Saya percaya kita bisa.

*) Penulis adalah jurnalis republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement