Jumat 05 Feb 2021 16:12 WIB

Kontraksi Ekonomi Berlanjut, Istana: Sudah Menuju Pulih

Pemerintah mendorong pemulihan ekonomi dengan mengucurkan anggaran PEN.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolandha
Perekonomian nasional diyakini semakin mendekati pulih, setelah sepanjang 2020 digempur pandemi Covid-19. Kendati kinerja pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 masih terkontraksi minus 2,07 persen (yoy), berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), namun pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah masih tumbuh 1,94 persen.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Perekonomian nasional diyakini semakin mendekati pulih, setelah sepanjang 2020 digempur pandemi Covid-19. Kendati kinerja pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 masih terkontraksi minus 2,07 persen (yoy), berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), namun pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah masih tumbuh 1,94 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perekonomian nasional diyakini semakin mendekati pulih, setelah sepanjang 2020 digempur pandemi Covid-19. Kendati kinerja pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 masih terkontraksi minus 2,07 persen (yoy), berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), namun pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah masih tumbuh 1,94 persen. 

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta memandang, prospek ekonomi Indonesia tahun 2021 akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2020 yang lalu meskipun pandemi belum usai. Menurutnya, faktor penanganan kesehatan yang lebih siap, vaksin yang sudah mulai diberikan, dan kembali bergeraknya konsumsi rumah tangga akan menjadi hal paling membedakan tahun 2021 ini dengan tahun 2020 lalu. 

Baca Juga

Selain itu, Arif menambhkan, pemerintah tetap menyediakan anggaran Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional sepanjang 2021 ini dengan jumlah yang cukup besar. Angkanya direncanankan sebesar Rp 619,83 triliun atau sekitar 3,5 persen PDB nasional. 

"Itu artinya, pemerintah terus mendorong agar ekonomi kita pulih dalam waktu yang cepat baik dari sisi supply maupun demand," kata Arif dalam keterangan tertulis, Jumat (5/2). 

BPS hari ini merilis angka kinerja ekonomi Indonesia kuartal IV 2020 yang masih terkontraksi  minus 2,19 persen (yoy). Arif menyebut bahwa hal itu sudah sesuai dengan yang diperkirakan, bahkan angkanya menunjukkan perbaikan dibanding capaian kuartal III (yoy) sebesar minus 3,49 persen dan II (yoy) minus 5,32 persen. 

"Kontraksi itu adalah dampak pandemi yang begitu besar menghantam perekonomian domestik dari sisi konsumsi dan investasi," katanya. 

Tak hanya Indonesia, Arif melanjutkan, negara-negara lain di dunia juga goyah ekonominya akibat pandemi Covid-19. Pandemi juga berimbas pada turunnya kegiatan perdagangan internasional. Dampak pandemi juga terasa di kuartal IV 2020, ketika agenda tahunan seperti Natal dan Tahun Baru tidak cukup kuat dalam menggerakan ekonomi seperti tahun-tahun sebelumnya. 

Kendati kinerja ekonomi nasional masih minus, Arif mengingatkan bahwa capaian Indonesia masih lebih baik dibanding negara mitra dagang utama, seperti Singapura yang terkontraksi minus 5,8 persen, Amerika Serikat minus 3,5 persen, dan Uni Eropa yang terkontraksi minus 6,4 persen. 

"Jika kita dapat tetap menjaga disiplin protokol kesehatan dan mendorong tingkat konsumsi masyarakat pada tahun 2021 ini maka ekonomi dapat tumbuh positif dan sesuai yang direncanakan," ujar Arif. 

Pemerintah, imbuhnya, tetap melanjutkan program padat karya dan program lain yang dapat membuka lapangan kerja menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Selain itu, program perlindungan sosial juga tetap disalurkan demi mendorong daya beli.

"Sektor investasi juga dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional, mengingat dalam waktu yang tidak terlalu lama aturan turunan dari UU Cipta Kerja akan segera disahkan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement