REPUBLIKA.CO.ID, SOUTHAMPTON -- Pelatih Southampton Ralp Hasenhuttl mengungkapkan bahwa pemain mudanya, Alex Jankewitz, dengan berani meminta maaf kepada rekan-rekan satu timnya karena mendapatkan kartu merah ketika pertandingan baru berjalan dua menit. Kartu merah itu juga menandai debutnya di Liga Primer Inggris dengan kesan negatif.
Soton harus bermain dengan sembilan pemain melawan MU. Hal itu karena selain Jankewitz, mereka juga kehilangan Bednarek yang dikartu merah pada menit ke-86.
Dua kartu merah tersebut dinilai menjadi biang keladi Soton dihajar MU 0-9 di Old Trafford. Hasenhuttl menggambarkan situasi Jankewitz yang melakukan kesalahan konyol. Meski demikian, ia terkesan dengan sikap pemain 19 tahun tersebut dengan keberaniannya berdiri di depan rekan-rekannya dan mengakui kecerobohan yang dilakukan. Jankewitz meminta maaf.
"Dia meminta maaf hari ini di depan tim," ungkap Hasenhuttl dilansir dari Hampshire Live, Jumat (5/2).
Ia mengatakan, tak ada pemain yang terbebas dari kesalahan termasuk pelatih dan wasit. Ia menangkap kejadian ini sebagai sebuah pengalaman. Dan berharap memunculkan reaksi positif ke depan untuk semua orang.
"Saya pikir, dan inilah yang saya katakan kepada para pemain saya hari ini, kami sekarang memiliki tim yang berbeda, karakter yang berbeda. Kami telah belajar dari masa lalu tetapi hal-hal dan permainan seperti ini dapat terjadi dari waktu ke waktu, terutama ketika Anda dihukum. cara kami di pertandingan terakhir,” katanya.
Namun, mengenai kemana tim akan diarahkan tergantung kepada skuad itu sendiri. Jankewitz mendapatkan sasaran rasis di media sosial usai diganjar kartu merah.
Klub telah melaporkan kejadian tersebut kepada kepolisian. Hasenhuttl juga ingin melihat gerak perusahaan media sosial untuk mengatasi masalah rasisme yang berkembang di sepak bola.
Jankewitz menjadi pemain keenam di Liga Inggris yang menjadi korban rasis. Hasenhuttl menegaskan klub akan mendukung sepenuhnya mengatasi aksi tercela tersebut.
"Dan menyalahkan seseorang adalah tanggung jawab dan saya pikir juga untuk platform media sosial menghentikan ini karena itu tidak bisa terjadi,” kata dia menegaskan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
