Jumat 05 Feb 2021 03:43 WIB

Pasangan Muslim Toronto Ubah Citra Islam Lewat Hijab

Hijab ramah lingkungan diharap bisa buka mata tentang Islam.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Indira Rezkisari
Produk Lala Hijabs karya pasangan Muslim Toronto, Kanada, Will dan Sana Saleh.
Foto: dok Lala Hijabs
Produk Lala Hijabs karya pasangan Muslim Toronto, Kanada, Will dan Sana Saleh.

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Pasangan muslim Will dan Sana Saleh asal Toronto, Kanada, melakukan caranya sendiri untuk melawan Islamofobia hingga citra buruk Islam yang banyak diberitakan. Pasangan ini memulai langkahnya dengan membuat hijab ramah lingkungan.

Dilansir dari About Islam, Kamis (4/2), pasangan ini sebelumnya terkenal dengan video komik mereka. Namun pasangan ini mulai tertarik juga dengan membuat industri jilbab dengan pola pewarnaan yang menarik.

Baca Juga

“Saya ingat melihat Will dan bertanya-tanya mengapa tidak ada hijab dengan pewarna ikat celup. Seperti, bukankah itu hal yang paling keren?," kata Sana Saleh.

Suami Sana, Will mengatakan bahwa mereka berusaha untuk membuka hati dan pikiran orang tentang Islam dan Muslim. Banyaknya stigma buruk yang disematkan kepada muslim membuatnya ingin melakukan upayanya.

“Pada akhirnya, salah satu alasan besar mengapa kami melakukan ini adalah untuk memanusiakan orang Muslim. Karena sayangnya bahkan saya yang tumbuh bukan sebagai Muslim pasti difitnah umat Islam hanya karena apa yang saya lihat melalui media,” kata Will.

Will dan Sana Saleh memulai gerakannya dari pembuatan konten menjadi memiliki perusahaan pakaian sejak tahun lalu. Dengan merek Lala Hijabs, mereka menjual berbagai macam hijab baik ukuran anak maupun dewasa. Upaya mereka hingga kini telah berhasil mendapatkan lebih dari 900.000 pengikut di TikTok dalam setahun dan 200.000 di YouTube dalam beberapa bulan.

Pasangan ini juga mengklaim sebagai salah satu perusahaan hijab pertama yang menggunakan kemasan berkelanjutan. Pewarnaan hijab juga dilakukan dengan tangan yang dibantu kedua putri mereka.

Sana dan Will mengaku menggunakan pewarna tidak beracun dan ramah lingkungan untuk hijab mereka. Setelah diwarnai, hijab akan digantung sampai kering, melipat tangan dan membungkusnya dengan kertas tisu ramah lingkungan.

“Meskipun lebih mahal untuk melakukannya dengan cara itu, kami ingin menginvestasikan uang tambahan itu untuk menggunakan bahan yang dapat dibuat kompos karena jauh lebih baik untuk lingkungan,” kata Sana.

Mendapat reaksi positif, Will dan Sana berencana untuk terus menggarap bisnis dan saluran media sosial mereka. "Kami memiliki begitu banyak orang yang menghubungi kami setiap hari, hanya berterima kasih kepada kami karena telah menghapus kesalahpahaman dan menunjukkan sisi kemanusiaan Muslim, bahwa kami bukan orang jahat di sini," kata Will.

Islam melihat jilbab sebagai aturan wajib berpakaian bagi Muslimah, bukan hanya simbol agama yang menunjukkan afiliasi seseorang. Jutaan wanita Muslim di seluruh dunia juga memperingati Hari Jilbab Sedunia pada tanggal 1 Februari. Gagasan Nazma Khan yang berbasis di New York bertujuan untuk mendorong toleransi dan pemahaman beragama dengan mengundang Muslim non-Hijabi dan non-Muslim untuk merasakan hijab selama satu hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement