Kamis 04 Feb 2021 18:20 WIB

Industri Sawit Klaim tak Ada PHK Selama 2020

Operasional industri sawit berjalan normal baik di perkebunan maupun di pabrik.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja menimbang tandan buah segar sawit di Kelurahan Purnama Dumai, Riau (ilustrasi). Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan tidak ada PHK pekerja industri sawit meski pandemi Covid-19 melanda pada 2020.
Foto: ANTARA/Aswaddy Hamid
Pekerja menimbang tandan buah segar sawit di Kelurahan Purnama Dumai, Riau (ilustrasi). Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan tidak ada PHK pekerja industri sawit meski pandemi Covid-19 melanda pada 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan, tidak terdapat kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada para pekerja oleh perusahaan sepanjang 2020. Gapki menyatakan, industri bisa melalui masa pandemi Covid-19 sepanjang 2020 yang berat dengan tetap mempertahankan para pekerja.

"Kami bisa tunjukan kinerja cukup bagus, di saat banyak PHK terjadi, di industri sawit ini tidak terjadi," kata Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/2).

Baca Juga

Ia mengklaim, operasional industri sawit berjalan normal baik dari kegiatan di sisi perkebunan hingga proses pengolahan di pabrik. "Tidak terjadi penghentian operasi karena kasus Covid-19," kata Joko menambahkan.

Adapun capaian produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada 2020 disebutkan mengalami penurunan satu persen dibandingkan tahun sebelumnya. Yakni dari 47,18 juta ton pada 2019 menjadi 47,07 juta ton pada 2020.

Menurut Joko, pada pertengahan tahun lalu awalnya terjadi kekhawatiran bagi industri karena konsumsi menurun secara signifikan. Namun, hingga akhir tahun pabrikan minyak sawit tetap berupaya sehingga penurunan yang terjadi bisa diperkecil dan hanya mengalami penyusutan produksi satu persen.

Adapun untuk konsumsi minyak sawit secara umum mengalami kenaikan. Peningkatan tersebut terutama ditopang konsumsi produk biodiesel dari 5,8 juta ton pada 2019 menjadi 7,2 juta ton. Selain itu, kenaikan untuk produk oleokimia juga turut mendongkrak konsumsi dari 89 ribu ton menjadi 197 ribu ton.

Kenaikan produk biodiesel terutama didorong oleh mandatori program biodiesel 30 persen (B30). Adapun oleokimia lantaran konsumsi terhadap produk pembersih maupun antiseptik meningkat drastis pada masa pandemi.

Namun, pada sektor produk pangan, konsumsi CPO mengalami penurunan. Dari 723 ribu ton pda 2019 menjadi 801 ribu ton pada 2020. Situasi itu menurut Joko karena kebijakan sejumlah pembatasan aktivitas sosial oleh pemerintah untuk menekan laju penyebaran Covid-19.

"Minyak paling banyak dikonsumsi hotel, restoran, katering sehingga permintaan juga menurun," kata dia.

Adapun pada tahun ini, Gapki memproyeksi konsumsi CPO di dalam negeri akan mengalami kenaikan. Diperkirakan konsumsi akan naik ke level 18,5 juta ton. Kenaikan itu dinilai sejalan dengan optimisme masyarakat pada tahun ini dan dunia usaha.

Seiring dengan kenaikan itu, produksi CPO juga ditargetkan naik hingga 49 juta ton. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement