Kamis 04 Feb 2021 12:19 WIB

Paket Pangan ACT Hadirkan Kebahagiaan Bagi Santri Yatim Gaza

Paket-paket bantuan menjangkau anak-anak yatim di Gaza.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Gita Amanda
Mengawali tahun 2021, Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali menghadirkan kebahagiaan bagi warga Jalur Gaza.
Foto: dok. ACT
Mengawali tahun 2021, Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali menghadirkan kebahagiaan bagi warga Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengawali tahun 2021, Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali menghadirkan kebahagiaan bagi warga Jalur Gaza. Kali ini, paket-paket bantuan menjangkau anak-anak yatim di Gaza.

Sejak 23 hingga 28 Januari 2021, puluhan paket pangan didistribusikan kepada para anak yatim Gaza. Salah satu tim Global Humanity Response (GHR) - ACT, Said Mukaffiy, menyebut 78 anak yatim yang merupakan pelajar Alquran dari berbagai daerah di Jalur Gaza menerima bantuan paket pangan ini.

Baca Juga

"Daerah yang dijangkau distribusi paket pangan ini meliputi Jabalia dan Beit Hanoun di Gaza Utara, Al-Zawayda dan Deir Al-Balah di Gaza Tengah, serta Abasan dan Bani Suheila di Kota Gaza," katanya dikutip dari laman resmi ACT, Kamis (4/2)

Ia menyebut pembagian bantuan pangan ini merupakan wujud kepedulian kepada anak-anak yatim sebagai salah satu kelompok sosial yang rentan. Semenjak blokade tahun 2007, anak-anak yatim piatu hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit akibat kurang bahkan berhentinya dukungan finansial kepada mereka.

Secara umum, penerima manfaat dari program pembagian paket-paket pangan ini adalah para siswa yatim yang hidup dalam keadaan ekonomi yang sulit akibat kelaparan, kemiskinan dan ketiadaan lapangan kerja.

Sebagaimana dilaporkan oleh Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), lebih dari separuh populasi di Jalur Gaza hidup dalam kemiskinan. Kondisi ini diakibatkan blokade darat, laut, serta udara yang berlakukan oleh Israel atas Jalur Gaza.

Tak hanya itu, operasi militer yang telah terjadi beberapa kali, menambah terpuruknya situasi ekonomi di Jalur Gaza serta melambungnya angka pengangguran. Koordinator UNCTAD untuk bantuan kepada Palestina, Mahmoud Elkhafif, sebelumnya menyebut situasi ini akan memburuk apabila blokade terus berlanjut.

Elkhafif lantas mendesak agar blokade itu segera dibuka, sehingga warga Gaza dapat kembali bergerak bebas, melakukan aktivitas bisnis, serta bertemu dengan anggota keluarga mereka di luar Jalur Gaza.  

Blokade yang telah mengurung warga Gaza selama bertahun-tahun ini juga memberi dampak buruk bagi anak-anak. Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) melaporkan, hingga akhir 2020 tercatat lebih dari satu juta anak di Gaza terhalang dari akses untuk mendapatkan hak pelayanan dasar.

UNICEF juga menyampaikan setidaknya 500 ribu anak di Gaza memiliki akses yang terbatas untuk mendapatkan air bersih dan layak minum.

Hadirnya distribusi bantuan dari ACT ini diharapkan dapat memberikan secercah kebahagiaan bagi para santri yatim di Gaza di tengah situasi yang sulit. "Bantuan paket pangan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi para yatim, diantaranya untuk meningkatkan gizi para pelajar yatim," kata dia.

Tak hanya itu, bantuan diharapkan mampu meningkatkan kondisi psikologis para pelajar yatim dan keluarganya yang kurang mampu, mendukung sektor ekonomi dan industri di Gaza, serta mewujudkan prinsip solidaritas dalam komunitas lokal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement