Kamis 04 Feb 2021 08:37 WIB

Moeldoko Mengakui Pertemuan di Hotel Terkait Demokrat

Demokrat masih menyelidiki kebenaran soal uang tak terbatas untuk mengelar KLB.

Rep: Nawir Arsyad Akbar, Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus raharjo
Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko memberikan keterangan pers di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (3/2). Keterangan pers tersebut untuk menanggapi pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono terkait tudingan kudeta AHY dari kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat demi kepentingan Pilpres 2024. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko memberikan keterangan pers di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (3/2). Keterangan pers tersebut untuk menanggapi pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono terkait tudingan kudeta AHY dari kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat demi kepentingan Pilpres 2024. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko akhirnya mengakui ada pertemuan di salah satu hotel dengan eks kader Partai Demokrat. Namun, ia tak membeberkan eks kader Demokrat yang hadir dalam pertemuan yang dituding sebagai upaya untuk menggulingkan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Beberapa kali di rumah saya, ya ada di hotel, di mana mana tidak terlalu pentinglah. Intinya kan aku datang diajak ketemuan, ya wong saya biasa," tutur Moeldoko di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (3/2). Ditanya apakah dalam pertemuan tersebut turut hadir mantan bendahara Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin dan anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat Jhonni Allen Marbun, Moeldoko tak menjawab tegas.

Baca Juga

Ia mengeklaim, pertemuan tersebut hanya berisi perbincangan santai. "Saya tidak peduli ini siapa (yang hadir dalam pertemuan), wong saya itu hanya datang aja, ngobrol aja," ujarnya. Saat kembali ditanya soal topik pembicaraan dalam pertemuan tersebut, Moeldoko menyebut pertemuan membahas internal partai Demokrat.

Ia tak menjelaskan lebih detail isi pertemuannya. "Itu urusan internal partailah, kan tidak etis lah kalo saya bicara itu urusan partai," ujar Moeldoko.

Mantan panglima TNI ini mengeklaim dirinya tidak mungkin menodong atau mengancam pengurus DPC dan DPD Demokrat untuk mendukungnya sebagai ketua umum. Terlebih, dirinya tidak memiliki posisi di internal partai berlambang bintang mercy. "Emangnya gue bisa gitu todong-todong senjata untuk para DPC, DPD, 'ayo datang ke sini', gue todongin senjata," ujar Moeldoko.

Baca juga : Penangkapan Zaim Saidi, Persis: Polisi Harus Ekstra Cermat

Moeldoko tak pernah tercatat sebagai kader Partai Demokrat. Ia justru merupakan mantan politikus Partai Hanura. Sebelum menduduki posisi KSP, Moeldoko menjabat sebagai wakil ketua umum Dewan Pembina Partai Hanura. Ia mengundurkan diri pada 2018 lalu.

Pengakuan Moeldoko ini sedikit berbeda dengan pernyataannya pada Senin (1/2) lalu yang mengatakan pertemuan dengan pihak Demokrat dilakukan di kediamannya. Bahkan, pernyataan Moeldoko saat itu langsung dibantah politikus Partai Demokrat, Rachland Nashidik. Pasalnya, pertemuan tersebut terjadi di sebuah hotel pada akhir Januari lalu.

"Jangan bohong. Pertemuan itu bukan di kediaman tapi di hotel Aston Rasuna lantai 28, Rabu tanggal 27 Januari 2021 Pukul 21.00. Anda datang ke situ, bukan mereka mendatangi Anda," cicit Rachland di akun Twitter pribadinya yang sudah dikonfirmasi, Selasa (2/2). Berdasarkan kesaksian para saksi pihak Demokrat yang bertemu para pihak yang merencanakan pengambilalihan kepemimpinan AHY, ada uang yang diduga untuk membiayai manuver Kongres Luar Biasa (KLB) Demokrat.

Ketua Badan Pembina Organisasi dan Kaderisasi Keanggotaan (BPOKK) Herman Khaeron mengaku saat ini pihaknya masih menyelidiki adanya uang yang disebut dalam jumlah tak terbatas dari pihak eksternal untuk DPC Partai Demokrat. "Ada pembiayaan ataupun ada uang yang cukup besar, disebutkan unlimited untuk membiayai itu," kata Herman. Ia menyebut besaran uang yang diterima DPC yaitu sekitar Rp 100 juta per DPC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement