Rabu 03 Feb 2021 17:04 WIB

Sejarah Penganiayaan Muslim di Myanmar

Muslim Myanmar mencapai kondisi terburuk mereka saat ini.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Sejarah Penganiayaan Muslim di Myanmar. Umat Muslim berkumpul di kamp Thet Kel Pyin internally displaced people (IDP) di Sittwe, Rakhine State, Myanmar, 03 Februari 2021. Militer Myanmar merebut kekuasaan dan mengumumkan keadaan darurat selama satu tahun setelah menangkap Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan Myanmar presiden Win Myint dalam penggerebekan dini hari pada 01 Februari, menyusul meningkatnya ketegangan atas hasil pemilihan parlemen November lalu.
Foto: EPA-EFE/NYUNT WIN
Sejarah Penganiayaan Muslim di Myanmar. Umat Muslim berkumpul di kamp Thet Kel Pyin internally displaced people (IDP) di Sittwe, Rakhine State, Myanmar, 03 Februari 2021. Militer Myanmar merebut kekuasaan dan mengumumkan keadaan darurat selama satu tahun setelah menangkap Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan Myanmar presiden Win Myint dalam penggerebekan dini hari pada 01 Februari, menyusul meningkatnya ketegangan atas hasil pemilihan parlemen November lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penganiayaan yang menimpa umat Islam di Myanmar saat ini mungkin adalah yang paling brutal yang pernah ada di dunia. Namun, penganiayaan tersebut tidaklah terjadi baru-baru ini.

Sejarah penganiayaan terhadap Muslim di Myanmar dimulai pada 1559 pada masa pemerintahan Raja Bayinnaung Kyawhtin Nawrahta. Dia saat itu melarang beberapa ajaran dalam Islam. Misalnya, penyembelihan hewan sebagaimana ajaran Islam.

Baca Juga

Bahkan, raja tersebut juga memaksa Muslim mendengarkan khutbah untuk berpindah agama. Selain itu, raja Bayinnaung juga mencegah umat Muslim merayakan hari raya mereka, di antaranya Idul Adha.

Setelah itu, utamanya pada abad ke-17, kaum Muslim di Myanmar sempat mendapatkan kembali kebebasan beragama mereka dan mencapai puncak kejayaan mereka di abad tersebut.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement