Rabu 03 Feb 2021 12:00 WIB

Mudah Marah Selama Pandemi? Coba Lima Cara Ini

Marah adalah emosi normal yang muncul karena kesulitan, rasa sakit, dan ketakutan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Cara menghindari rasa mudah marah selama pandemi Covid-19 (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Cara menghindari rasa mudah marah selama pandemi Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada banyak hal yang terjadi selama pandemi Covid-19, mulai dari pembatasan aktivitas hingga kehilangan orang terkasih. Berbagai peristiwa ini dapat mengundang perasaan kesal, sedih, hingga khawatir.

Tindakan orang lain yang dengan mudahnya abai dan melanggar protokol kesehatan juga dapat memberikan 'pesan' mengenai keegoisan. Keegoisan kerap memunculkan perasaan frustrasi dan kebencian.

"Ketika sebagian orang tidak mematuhi aturan, itu seperti sedang menyenggol beruang yang gelisah, takut, berduka, bingung, dan sangat sensitif,"  ujar psikolog Karen Kwong, seperti dilansir di Woman and Home, beberapa waktu lalu.

Dihadapkan pada situasi seperti ini, sebagian orang mungkin akan menjadi lebih mudah marah. Marah pada dasarnya merupakan emosi normal yang dapat muncul karena kesulitan, penderitaan, rasa sakit, dan ketakutan.

"Pada masa yang tak menentu ini, saat kehidupan tidak berjalan normal, merupakan hal yang normal untuk merasa seperti ini," kata Kwong.

Meski rasa marah merupakan sesuatu yang normal, jangan pernah membiarkannya  berkembang menjadi lebih besar. Perasaan marah atau gelisah yang dibiarkan berlangsung lama dapat memicu terjdinya stres kronik, gangguan kecemasan, dan depresi.

Agar tidak berkembang menjadi masalah yang lebih besar, Kwong mengatakan rasa marah perlu dihadapi dengan tepat. Berikut ini adalah lima hal yang bisa dilakukan untuk mengelola rasa marah menurut beberapa ahli:

1. Jangan diabaikan

Psikiater konsultan dari Priory Hospital Chelmsford dr Donna Grant mengatakan, perasaan marah tak akan hilang hanya karena diabaikan. Perasaan marah yang dikesampingkan justru akan menumpuk dan dapat meledak di masa mendatang.

"Anda perlu mencoba menenangkan diri sendiri melalui rasa kasih, kelembutan, dan cinta, seperti yang kita lakukan saat menghadapi anak kecil yang marah," ujar Donna.

Teknik merawat diri sendiri juga bisa membantu. Pastikan bahwa setiap malam tubuh mendapatkan kualitas dan kuantitas tidur yang baik. Cara ini dapat membantu karena kurang tidur dapat membuat seseorang menjadi lebih mudah marah.

"Latihan pernapasan, mindfulness, yoga, dan olahraga secara umum adalah penenang diri yang baik, yang bisa membawa kita kembali ke keadaan tenang," ujar Donna.

2. Memunculkan kasih sayang kepada orang lain

Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menghadapi sesuatu. Selain itu, setiap orang juga memiliki kesulitannya masing-masing. Pada situasi yang penuh dengan perbedaan ini, memiliki perasaan cinta kasih kepada diri sendiri dan orang lain merupakan kunci penting.

"Berikan diri Anda dan orang lain kelonggaran mengenai bagaimana dia mengelola (perasaan)," ujar psikoterapis Pam Custers.

3. Mencari bantuan daring

Bila merasa tidak mampu mengendalikan diri sendiri saat marah, coba cari bantuan tenaga profesional. Pada masa pandemi ini, sudah tersedia banyak bantuan tenaga profesional yang bisa diakses secara daring. Laman seperti Mindbox juga dapat memberi bantuan untuk mengelola rasa marah secara daring melalui panduan olahraga dan sesi konseling.

4. Mengubah rasa marah menjadi positif

Dalam praktiknya, hal ini tentu tidak mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, hal ini bukan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.

Sebagai contoh, seseorang menjadi lebih mudah marah karena merasa kebebasannya terenggut pada masa pandemi ini. Seseorang ini bisa mencoba untuk mendefinisikan ulang arti dari kebebasan tersebut.

Pada masa pandemi, kebebasan mungkin bisa berarti melakukan sesuatu yang baru dengan teman secara daring atau bisa menggunakan pakaian apa pun sesuka hati saat berkegiatan dari rumah. Kebebasan ini juga ditafsirkan sebagai kesempatan untuk mencoba olahraga baru yang sebelumnya tidak pernah dicoba.

"Ya saat ini penuh dengan stres, tetapi bagaimana Anda bisa menyalurkan kemarahan dan frustrasi pada sesuatu yang berguna? Mungkin dengan mengenali hal-hal yang Anda syukuri," ujar Kwong.

5. Akui tidak semua hal bisa dikontrol

Ada beragam hal yang mungkin berlangsung tanpa bisa dikendalikan selama pandemi Covid-19. Dalam situasi ini, Acceptance and Commitment Therapy (ACT) mungkin dapat membantu.

Terima bahwa ada hal-hal yang memang tak bisa dikendalikan oleh diri sendiri. Selain itu, sadari bahwa apa pun yang kita lakukan akan berdampak pada perasaan diri sendiri. Dengan cara ini, seseornag akan mampu untuk menghadapi masalah dan stres dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement