Selasa 02 Feb 2021 20:37 WIB

Cepad Unpad Bisa Bersaing dengan Produk Impor

Cepad menjadi satu-satunya produk tes antigen yang diproduksi di Indonesia.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Mas Alamil Huda
Petugas kesehatan mengambil sampel usap saat rapid tes antigen. (ilustrasi)
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petugas kesehatan mengambil sampel usap saat rapid tes antigen. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Produk rapid test berbasis antigen karya tim peneliti Universitas Padjadjaran (Unpad), Cepad, menjadi satu-satunya produk tes antigen yang diproduksi di Indonesia. Unpad yakin Cepad akan bisa bersaing dengan alat rapid test produk impor jika produksi bisa diperbanyak.

Direktur Inovasi dan Korporasi Unpad Diana Sari mengatakan, harga Cepad saat ini dipatok Rp 120 ribu. Harga ini memang bukan menjadi harga termurah untuk produk tes antigen saat ini. Namun, ia optimistis jika produksi Cepad terus meningkat, harganya akan lebih murah. “Seandainya kita produksi satu juta, produk ini akan bisa bersaing dengan produk tes antigen dari importir,” kata Diana, Selasa (2/2).

Menurut Diana, tingkat akurasi dan sensitivitas dari Cepad pun sudah melampaui ambang rekomendasi yang ditetapkan WHO. Berdasarkan kajian terakhir, akurasi Cepad sudah di angka 91,5 persen, sedangkan tingkat sensitivitasnya 82 persen. Angka ini di atas rekomendasi WHO yakni 80 persen.

Diana melanjutkan, Cepad sudah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan sejak 4 November 2020. Produk ini sudah dipakai dan telah dipesan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) serta Pemprov Jawa Barat. Tes berbasis antigen sendiri saat ini sudah mendapat rekomendasi dari WHO maupun Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinis Indonesia.

Inovasi karya sivitas akademika Unpad ini juga didukung penuh oleh para alumni. Ketua Ika Unpad Irawati Hermawan bangga bahwa Cepad menjadi satu-satunya produk tes antigen yang diproduksi di dalam negeri. “Adanya inovasi ini makin menguatkan peran Unpad sebagai lembaga pendidikan yang terus berupaya memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi pandemi,” ujar Irawati.

Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan, penting bagi pihak kampus untuk memiliki mitra industri yang sanggup memproduksi skala besar. Terkait kemungkinan alat tes produksi universitas bisa menggantikan alat rapid test antigen yang masih didatangkan dari luar negeri, Bambang menyebut, substitusi impor dengan kualitas alat hasil inovasi ini harus terjaga. Tidak hanya (buatan) kampus, tetapi juga lembaga penelitian,” ujar dia.

Alat screening Covid-19 produksi Universitas Gadjah Mada (UGM) Genose sebelumnya telah resmi akan digunakan di stasiun kereta api. PT KAI menyediakan alat Genose C19 di stasiun mulai 5 Februari 2021. Alat tersebut dapat melakukan screening Covid-19 dengan memiliki keunggulan murah, cepat, dan akurat.

Dengan Genose tersebut, maka calon penumpang akan lebih dimudahkan. Sebab, tes tersebut harganya terjangkau, serta memiliki akurasi sebesar 93 hingga 95 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement