Selasa 02 Feb 2021 15:08 WIB

Menristek Minta Kampus Uji Klinis Alat Screening Covid-19

Menristek mengapresiasi pengembangan alat untuk screening Covid-19 buatan kampus.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Mas Alamil Huda
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro.
Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah kampus di Tanah Air kini mengembangkan alat screening Covid-19 seperti Genose buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), I-nose C-19 produksi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), hingga Universitas Padjajaran (Unpad) yang memiliki  alat tes berbasis antigen Cepad. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mengapresiasi pengembangan alat untuk screening Covid-19 namun tetap harus melalui uji klinis.

"Ada rapid antigen Cepad dari Unpad yang sudah diproduksi massal, dan I-nose C-19 dari ITS yang sedang dalam tahap uji validasi," kata Bambang saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (2/2).

Ia menambahkan, semua hasil inovasi selalu diminta melakukan uji klinis/uji validasi dan mendapat izin edar. Kemudian, kata Bambang, pihak kampus juga harus memiliki mitra industri yang sanggup memproduksi skala besar.

Terkait kemungkinan alat tes produksi universitas ini bisa menggantikan alat rapid antibody atau antigen yang masih didatangkan dari luar negeri, Bambang menegaskan, substitusi impor dengan kualitas alat hasil inovasi ini harus terjaga. "Tidak hanya (buatan) kampus, tetapi juga lembaga penelitian," katanya.

Alat tes cepat Genose C19 karya UGM dan rapid test antigen Cepad karya Universitas Padjadjaran merupakan inovasi alat tes cepat terbaru yang memiliki penggunaan lebih mudah dan praktis serta dengan biaya yang lebih murah. ITS kini juga tengah mengembangkan alat deteksi Covid-19 melalui bau keringat ketiak yang dinamakan I-nose C-19.

Guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Riyanarto Sarno yang mengembangkan inovasi alat ini mengaku telah melalui tahap satu uji klinis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement