Selasa 02 Feb 2021 04:30 WIB

Turki Menentang Kudeta di Myanmar

Turki sangat prihatin dengan perebutan kekuasaan yang terjadi di Myanmar.

Rep: Flori sidebang/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara dikerahkan di jalan di Naypyitaw, Myanmar, 01 Februari 2021. Tentara mengatakan bahwa anggota senior Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), termasuk pemimpin Aung San Suu Kyi, ditahan oleh militer karena perselisihan yang muncul dari pemilu diadakan pada November 2020. Pengambilalihan kekuasaan oleh tentara pada 01 Februari terjadi beberapa jam sebelum sidang pertama parlemen sejak pemilu 08 November yang menyerahkan mayoritas besar kepada partai NLD Suu Kyi.
Foto: EPA-EFE/MAUNG LONLAN
Tentara dikerahkan di jalan di Naypyitaw, Myanmar, 01 Februari 2021. Tentara mengatakan bahwa anggota senior Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), termasuk pemimpin Aung San Suu Kyi, ditahan oleh militer karena perselisihan yang muncul dari pemilu diadakan pada November 2020. Pengambilalihan kekuasaan oleh tentara pada 01 Februari terjadi beberapa jam sebelum sidang pertama parlemen sejak pemilu 08 November yang menyerahkan mayoritas besar kepada partai NLD Suu Kyi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turki mengutuk keras kudeta militer di Myanmar yang terjadi pada 1 Februari 2021. Dalam sebuah pernyataan tertulis, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan, sangat prihatin dengan perebutan kekuasaan yang terjadi di sana.

“Turki menentang segala jenis intervensi militer,” tulis pernyataan itu seperti dilansir dari laman Hurriyet Daily News, Senin (1/2).

Baca Juga

Turki pun mendesak pembebasan dengan segera terhadap semua pemimpin terpilih dan warga sipil yang dilaporkan telah ditahan dalam kudeta. Turki menyerukan parlemen baru yang dibentuk oleh kebebasan masyarakat agar melakukan sidang secepat mungkin dan menghilangkan hambatan yang berada di hadapan pemimpin terpilih serta lembaga demokrasi. Negara tersebut juga berharap agar keadaan saat ini tidak memperburuk kondisi Muslim Rohingya Myanmar.

Sementara itu, Kedutaan Besar (Kedubes) Turki di Myanmar telah meminta warganya yang berada di negara itu untuk tidak keluar rumah, kecuali ada keperluan yang mendesak. Dalam pernyataan tertulis, kedutaan di Naypydaw mencatat bahwa keadaan darurat telah diumumkan di Myanmar dan angkatan bersenjata telah merebut kekuasaan.

Kedubes juga mengimbau rakyatnya untuk mengikuti perkembangan situasi melalui siaran lokal dan menghindari keramaian. Warga Turki di Myanmar dapat menghubungi kedutaan melalui telepon darurat, Twitter dan Facebook, selama saluran telepon masih tersedia.

Baca juga : Alquran Jawab Semua Masalah Hidup, Jaime Brown Jadi Mualaf

“Dapat dipahami bahwa banyak pejabat senior pemerintahan ditahan, saluran televisi dan saluran telepon genggam terputus di seluruh neger, dan akses internet nirkabel dibatasi atau terputus di beberapa wilayah,” kata Wakil Presiden Myint Swe setelah ditunjuk sebagai penjabat presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement