Selasa 02 Feb 2021 04:10 WIB

Kasus Harian Covid-19 di Solo Diklaim Mulai Turun

Pelaksanaan PPKM di Solo diklaim berjalan sesuai harapan.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Friska Yolandha
Warga melintas di kawasan Jalan Gatot Subroto, Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa (26/1/2021). Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, menyatakan, selama penerapan PPKM di Solo terjadi penurunan kasus harian penyebaran Covid-19.
Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Warga melintas di kawasan Jalan Gatot Subroto, Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa (26/1/2021). Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, menyatakan, selama penerapan PPKM di Solo terjadi penurunan kasus harian penyebaran Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, menyatakan, selama penerapan PPKM di Solo terjadi penurunan kasus harian penyebaran Covid-19. Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Kota Solo, jumlah kasus terkonfirmasi positif secara kumulatif hingga Senin (1/2) mencapai 8.403 orang. Rinciannya, 5.765 dinyatakan sembuh/pulang, 1.963 orang isolasi mandiri, 277 pasien menjalani perawatan, dan 398 orang meninggal dunia.

Penambahan kasus baru pada Senin tercatat sebanyak 92 orang. Selain itu, terdapat enam pasien Covid-19 yang meninggal dunia pada hari tersebut.

"Kalau penurunan kasus di Solo lumayan. Kemarin Ahad (31/1) ada penambahan 148 kasus itu hasil pemeriksaan sampel selama tiga hari. Sabtu (30/1) kan hanya 54 kasus," jelasnya kepada wartawan, Senin (1/2).

Menurutnya, pelaksanaan PPKM di Solo berjalan sesuai harapan. Hanya saja masih ada pelanggar-pelanggar yang mendapatkan peringatan keras, bahkan kegiatan usahanya sampai ditutup sementara.

"Kalau untuk kegiatan-kegiatan kerumunan dan sebagainya masih bisa kami atasi semua. Namun, melayat di tempat orang meninggal dunia itu yang tidak bisa dibatasi," kata Wali Kota.

Meski demikian, dia menilai pelaksanaan PPKM tetap perlu dievaluasi. Namun, evaluasinya harus sejalan dengan target yang ingin dicapai pemerintah. Dua target tersebut yakni, mengendalikan penyebaran Covid-19 dan bergeraknya roda perekonomian.

"Ekonomi bergerak itu suka tidak suka terjadi kerumunan massa," ucapnya.

Dia menilai kegiatan melayat merupakan salah satu aktivitas yang tidak bisa dibatasi selama pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Oleh sebab itu, Pemkot berupaya mengendalikan dan mencegah kematian akibat Covid-19. 

Jika kematian bisa dikendalikan, maka kegiatan-kegiatan kerumunan massa yang tidak bisa dilarang itu tidak terjadi. "Orang meninggal dunia, orang mau melayat masak dicegah. Dan tidak mungkin orang melayat itu jaga jarak," ujarnya.

Wali Kota menyebut, untuk dapat mengendalikan kematian akibat Covid-19, maka perlu mempercepat hasil pemeriksaan sampel.

"Kalau pemeriksaannya tidak cepat, orang yang diperiksa tidak terawasi kebetulan positif dan kemana-mana, dari situ penyebarannya. Kalau hari ini diperiksa, lalu 15 menit hasilnya jadi selesai mungkin. Pemutusannya lebih cepat," paparnya.

Rudyatmo mengaku baru saja mengikuti rapat koordinasi dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama bupati/wali kota se-Jateng secara daring. Rapat tersebut salah satunya membahas mengenai penggunaan GeNose sebagai pendeteksi Covid-19. Hampir semua kabupaten/kota meminta pengadaan GeNose kepada Pemprov.

"Kalau saya lebih baik rapid antigen itu saja. Namun itu semua keputusan Gubernur, karena saya menjabat tinggal 16 hari, saya tidak berkomentar macam-macam," selorohnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement