Senin 01 Feb 2021 17:56 WIB

Stabilitas Sistem Keuangan Tahun Ini Diperkirakan Terjaga

Tren pembaikan sudah mulai terlihat sejak semester kedua tahun lalu.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memproyeksikan, stabilitas sistem keuangan sepanjang 2021 akan berada pada kondisi terjaga di tengah perekonomian yang berangsur membaik. Pelaksanaan vaksinasi yang meluas diyakini menjadi faktor pendorong utama stabilitas tersebut.
Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memproyeksikan, stabilitas sistem keuangan sepanjang 2021 akan berada pada kondisi terjaga di tengah perekonomian yang berangsur membaik. Pelaksanaan vaksinasi yang meluas diyakini menjadi faktor pendorong utama stabilitas tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memproyeksikan, stabilitas sistem keuangan sepanjang 2021 akan berada pada kondisi terjaga di tengah perekonomian yang berangsur membaik. Pelaksanaan vaksinasi yang meluas diyakini menjadi faktor pendorong utama stabilitas tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, tren pembaikan sudah terlihat sejak memasuki paruh kedua tahun lalu. Hal ini seiring dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan perbaikan ekonomi global serta penurunan ketidakpastian di pasar keuangan.

Ke depannya, Sri mengatakan, KSSK memperkirakan tren pembaikan terus berlangsung. "Trennya membaik didukung kemajuan penanganan Covid-19 termasuk vaksinasi," ucapnya dalam Konferensi Pers KSSK secara virtual pada Senin (1/2).

Sri menambahkan, pemulihan ekonomi global yang sudah mulai ditunjukkan oleh beberapa negara juga menjadi faktor pendukung stabilitas sistem keuangan. Beberapa lembaga multilateral sendiri memproyeksikan, ekonomi global tumbuh di kisaran lima persen pada tahun ini yang diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan dan perbaikan harga komoditas global.

Di sisi pasar keuangan, Sri menilai, tren ketidakpastian juga diperkirakan akan terus menurun. Proyeksi ini seiring dengan ekspektasi perbaikan kinerja ekonomi global yang dibarengi kebijakan fiskal pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah pimpinan Presiden Joe Biden. Selain itu, likuiditas global yang relatif besar dan terjaganya suku bunga akan semakin mendukung tren ini.

Perkembangan perekonomian dan kondisi keuangan global telah mendorong aliran modal ke negara-negara berkembang. "Ini akan menopang penguatan mata uang berbagai negara, termasuk rupiah di Indonesia," kata mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.

Sementara itu, dari sisi domestik, beberapa indikator dini menunjukkan perbaikan hingga akhir Desember 2020. Sri menyebutkan, tren ini mendukung konfirmasi arah pemulihan ekonomi dalam negeri yang akan berlanjut pada tahun ini.

Salah satu data terbaru yang dikutip Sri adalah Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur pada bulan lalu. Indikator ini telah berada di level 52,2, lebih tinggi dibandingkan Desember yang berada di level 51,3. "PMI ini terkuat dalam enam tahun terakhir," tuturnya.

Dari sisi sektoral, Sri menyebutkan, perbaikan juga terlihat dan terjadi pada sektor-sektor yang mendukung kebutuhan primer, mendukung kondisi kenormalan baru maupun penanganan Covid-19. Beberapa sektor yang mendukung kegiatan ekspor, seperti manufaktur, juga mulai menunjukkan pemulihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement