Senin 01 Feb 2021 14:20 WIB

Wismoyo: Militer Tulen Tapi Humanis

Suatu hari, Wismoyo Arismunandar mengundang wartawan yang mengkritiknya pedas.

Jenderal Feisal Tanjung (kiri) dan Jenderal Wismoyo Arismunandar hadir di Upacara serah terima jabatan (sertijab) Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab) dari Try Sutrisno kepada Edi Sudrajad di Mabes Tentara Nasional Indonesia Cilangkap Jakarta Timur (20/2/1993).Bakhtiar Phada/Republika
Foto:

Kesan saya bahwa Almarhum Wismoyo sebagai militer yang kelihatan sangat disiplin dan serba kaku langsung berubah.  Ternyata beliau sangat terbuka dengan ide baru untuk mempercepat proses.

Beliau adalah seorang pemimpin dengan karakter “Enabling”. Hubungan saya dengan beliaupun semakin lebih cair. Seolah olah tidak ada lagi jarak dan batasan struktural yang bisa menghambat kita berkomunikasi.

Drg Retnamedi telah merawat gigi Bapak Wismoyo sejak tahun 1996 hingga sebelum wabah pandemic Covid-19 melanda seluruh dunia. Drg Retna menyatakan bahwa Wismoyo sangat menghargai profesionalitas karyawan KONI. 

Beliau selalu menerima saran dokter gigi tentang cara perawatan giginya. Beliau percayakan seluruhnya kepada para dokter gigi yang merawatnya. Setelah diberi penjelasan beliau hanya bilang “Yoo wis sak karepmu…”

Hal itu membuat seluruh perawat di poliklinik KONI Pusat merasa dihargai dan selalu ingin berbuat yang terbaik untuk beliau. “Saya seperti kehilangan orang tua sendiri”, kata Drg Retnamadi sedih.

Wismoyo Arismunandar pun terus menjalin persahabatan dengan kawan lamanya termasuk dari kalangan sipil. Saat pelantikan Barnabas Suebu sebagai Gubernur Papua tahun 2006, beliau meminta saya untuk mendampingi hadir pada acara pelantikan Barnabas. 

Wismoyo memang pernah menjadi Pangdam VIII/Trikora tahun 1987-1988 dan pada saat yang sama Barnabas Suebu menjadi Ketua DPRD Irian Jaya.  Sesudah itu antara tahun 1988-1993 Barnabas Suebu menjadi Gubernur Irian Jaya. Jadi hubungan keduanya sudah terjalin sangat lama dan keduanya terus berkomunikasi dengan baik.

Wismoyo juga dengan tulus melakukan kunjungan ke sahabat sahabatnya yang menghadapi musibah dan harus mendekam di penjara. Seperti Rahadi Ramelan, Neloe bahkan Bob Hasan di Nusakambangan. Bersama pengurus lainnya beliau naik kereta api ke Cilacap sebelum menyeberang ke Nusakambangan.

Saat transit di Hong Kong usai menonton perebutan Piala Thomas dan Uber di Ghuang Zao, China. Tiba tiba Wismoyo memberikan kartu kreditnya ke saya dan mempersilahkan saya belanja apa saja yang saya mau. 

Karena saya tidak pernah mengalami hal seperti itu, dengan halus saya mengatakan tidak ada yang saya mau beli.  Padahal ada toko Hugo Boss Pacific Place di mana setiap kali ada pelatihan dari IBM di Hong Kong ada satu jacket yang saya sangat suka.  Tapi karena harganya mahal saya tidak pernah mau beli.

Namun tiba tiba dengan nada keras Wismoyo mengatakan ke saya :”Kamu jangan jadi orang sombong. Ayo ajak Pak Togi dan Pak Imron belanja juga”. 

Saya sangat terkejut, meminta maaf dan akhirnya menerima kartu kredit Pak Wismoyo untuk membelikan jacket Hugo Boss yang memang sudah lama menjadi idam idaman saya.

Sekembalinya belanja saya mengembalikan kartu kreditnya. Tapi Pak Wismoyo bertanya apa sudah dibelikan untuk Pak Ari Sudewo? Begitu besar perhatian Pak Wismoyo kepada kawan kawannya. 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement