Senin 01 Feb 2021 11:40 WIB

Penangkapan Pemimpin Myanmar dalam Kudeta Militer

Tentara mengepung ibu kota dan kota utama Myanmar saat kudeta

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nur Aini
 Tentara militer memindahkan tas dari truk ke Balai Kota Yangon, di Yangon, Myanmar,  Senin (1/2/2021). Menurut laporan media, anggota senior Liga Nasional untuk Demokrasi, termasuk pemimpin Aung San Suu Kyi, ditahan oleh militer.
Foto: EPA-EFE/LYNN BO BO
Tentara militer memindahkan tas dari truk ke Balai Kota Yangon, di Yangon, Myanmar, Senin (1/2/2021). Menurut laporan media, anggota senior Liga Nasional untuk Demokrasi, termasuk pemimpin Aung San Suu Kyi, ditahan oleh militer.

IHRAM.CO.ID, NAYPYIDAW – Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi, Presiden Myanmar Win Myint, dan tokoh-tokoh senior partai telah ditahan pada Senin pagi (1/2) waktu setempat.

“Saya ingin memberitahu orang-orang untuk tidak menanggapi dengan gegabah dan saya ingin mereka bertindak sesuai dengan hukum,” kata Juru Bicara Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Myo Nyunt kepada Reuters.

Baca Juga

Nyunt memperkirakan dirinya juga akan ditahan. Nyunt mengatakan kepada AFP, dia berasumsi militer sedang melakukan kudeta. Menurut BBC, ada tentara di jalan-jalan ibu kota Myanmar, Naypyitaw dan kota utama Yangon. Reuters juga melaporkan, mengutip para saksi bahwa perwira militer dikerahkan di luar balai kota Yangon.

Radio dan Televisi Myanmar (MRTV) mengatakan di laman Facebook bahwa mereka belum dapat menyiarkan secara teratur karena "masalah komunikasi." BBC juga melaporkan sambungan telepon dan internet terputus di Naypyitaw.

Kepala Menteri Regional Myanmar juga dibawa pergi setelah tentara mengunjungi rumah mereka. Sebuah foto yang diduga dibuat di negara itu saat para tokoh politik ditahan, dibagikan secara daring.

Gedung Putih AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya “khawatir” dengan laporan situasi di Myanmar. Mereka berjanji untuk mengambil tindakan jika para pemimpin negara yang ditangkap tidak dibebaskan.

“Amerika Serikat khawatir dengan laporan bahwa militer Burma telah mengambil langkah-langkah untuk merusak transisi demokrasi negara itu. Presiden Biden telah diberi pengarahan oleh Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan. Kami terus menegaskan dukungan kuat kami untuk lembaga-lembaga demokrasi Burma. Kami mendesak militer dan semua pihak lainnya untuk mematuhi norma demokrasi dan supremasi hukum serta membebaskan mereka yang ditahan hari ini,” kata pernyataan tersebut.

Dikutip Sputnik News, Senin (1/2), pada 8 November 2020, ada pemilihan umum kedua sejak berakhirnya kekuasaan militer pada 2011. Partai yang berkuasa, yaitu Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi menang telak.

Militer Myanmar yang dikenal sebagai Tatmadaw, mengklaim ada penipuan pemilih yang meluas. Mereka mendesak pemerintah untuk menunda pertemuan parlemen yang dijadwalkan akan pada Senin.

Di tengah kekhawatiran kemungkinan kudeta yang bisa menyusul, tentara negara itu menurut The Associated Press, membantah ketuanya telah melakukan kudeta. Mereka menyatakan beberapa organisasi dan media telah menimbulkan spekulasi tentang kudeta tanpa dasar. Pernyataan itu juga menyebut kata-kata Panglima Angkatan Darat, Min Aung Hlaing diambil di luar konteks, setelah dia mengatakan pada Rabu bahwa konstitusi dapat dicabut jika undang-undang tidak ditegakkan dengan benar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement