Senin 01 Feb 2021 10:23 WIB

Pandemi, Lebih dari Separuh Pilot di Dunia tak Bisa Terbang

Hanya 43 persen diantara mereka yang masih menjalankan pekerjaan

ilustrasi Bandara Heathrow. Lebih dari separuh pilot di berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia saat ini dilaporkan tidak lagi dapat terbang melakukan pekerjaannya, sejak pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) yang melanda dunia dan membuat penurunan penumpang, serta permintaan perjalanan lainnya.
Foto: cheapticketfor.com
ilustrasi Bandara Heathrow. Lebih dari separuh pilot di berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia saat ini dilaporkan tidak lagi dapat terbang melakukan pekerjaannya, sejak pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) yang melanda dunia dan membuat penurunan penumpang, serta permintaan perjalanan lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Lebih dari separuh pilot di berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia saat ini dilaporkan tidak lagi dapat terbang melakukan pekerjaannya, sejak pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) yang melanda dunia dan membuat penurunan penumpang, serta permintaan perjalanan lainnya. 

Sebuah survei terbaru yang dilakukan  GOOSE Recruitment yang berbasis di Inggris melibatkan hampir 2.600 pilot. Dari sana, ditemukan hanya 43 persen diantara mereka yang masih menjalankan pekerjaan, sementara 30 persen harus menganggur, 17 persen cuti, dan 10 persen dalam peran tidak terbang. 

Meski dinilai beruntung masih dapat bekerja, banyak pilot yang masih terbang menghadapi kondisi kerja yang memburuk. Cathay Pacific Airways Ltd Hong Kong menjadi salah satu perusahaan maskapai penerbangan yang memberlakukan pemotongan gaji hingga 58 persen secara permanen. 

Turkish Airways serta Singapore Airlines Ltd juga berada diantara daftar maskapai penerbangan yang telah menurunkan gaji untuk sementara. Menurut Kepala Eksekutif dan Pendiri GOOSE Recruitment, Mark Charman, efek pandemi ternyata berpengaruh besar terhadap pilot yang bekerja. 

“Banyak orang merasa tidak aman tentang pekerjaan mereka, semakin banyak yang berencana mencari peran baru tahun ini serta banyak yang merasa kurang dihargai oleh pemberi kerja mereka,” ujar Charman dalam sebuah pernyataan. 

Bagi pilot yang menganggur dalam survei tersebut, sebanyak 84 persen mengatakan hal ini terjadi karena pandemi. Sebelum Covid-19 melanda dunia, telah terjadi kekurangan pilot yang meluas, di mana kondisi ini telah meningkatkan permintaan akan penerbang dan menyebabkan peningkatan gaji.

Selain itu, survei GOOSE menemukan saat ini sebanyak 82 persen dari pilot yang menganggur akan mengambil potongan gaji untuk kesempatan baru. Bagi mereka yang tetap dapat bekerja, pilot di Eropa melaporkan bahwa mereka juga merasa stres karena Covid-19, diantaranya kekhawatiran tertular virus dan kemungkinan ditempatkan di karantina selama rotasi. 

Sebanyak 40 persen pilot mengatakan kesehatan mental dipengaruhi oleh pandemi, dengan angka yang lebih tinggi di antara pilot yang lebih muda. Bahkan, salah satu pilot yang menjadi peserta survei mengatakan jumlah stres dan kecemasan yang disebabkan pandemi telah secara permanen merusak pandangan tentang kehidupan.

 

 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement