Sabtu 30 Jan 2021 16:12 WIB

Sektor Usaha yang Tumbuh Positif dan Negatif Selama Pandemi

Kontraksi ekonomi Indonesia lebih baik dibanding negara lain.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dr Bambang Brodjonegoro.
Foto: Dok IPB University
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dr Bambang Brodjonegoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan hampir semua sektor mengalami kontraksi akibat pandemi. Bambang mengaku bersyukur sektor pertanian yang menjamin ketersediaan pangan masih mengalami pertumbuhan positif.

"Tetapi sektor industri manufaktur yang menyumbangkan PDB terbesar di Indonesia ternyata juga mengalami kontraksi yang cukup berat," ujar Bambang dalam Webinar Forum Diskusi Salemba 46 bertajuk "Outlook Perekonomian Indonesia 2021" di Jakarta, Sabtu (30/1).

Baca Juga

Bambang menilai pertumbuhan negatif juga disebabkan penurunan konsumsi rumah tangga yang minus hingga empat persen. Padahal sektor tersebut penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran.

"Sayangnya investasi yang kita harapkan bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi juga mengalami kontraksi. Hal yang sama juga terjadi pada ekspor maupun impor meskipun kita lihat dari dari neraca perdagangan perekonomian mengalami surplus," ucap Bambang.

Bambang menyampaikan satu-satunya yang tumbuh positif selama pandemi ialah konsumsi pemerintah melalui instrumen APBN yang harus berupaya menahan pertumbuhan ekonomi tidak terkoreksi terlalu dalam. Kata Bambang, dibandingkan demgan beberapa negara, kontraksi Indonesia lebih baik dibanding, namun Indonesia juga harus memperhatikan beberapa negara yang punya prestasi yang lebih baik dari dalam konteks pertumbuhan ekonomi yang mana meskipun kontraksi atau pertumbuhan ekonominya lebih kecil dari sebelumnya tetapi mereka bisa menahan kontraksinya tidak terlalu dalam.

"Kita perhatikan negara-negara di sekitar kita, contohnya China sempat mengalami kontraksi yang sangat dalam pada kuartal I 2020, meskipun kemudian mereka mulai mencatat pertumbuhan positif pada kuartal berikutnya," lanjut Bambang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement