Jumat 29 Jan 2021 16:04 WIB

Cara Efektif Melakukan Penelitian di Masyarakat

Tak semua hal dapat dijadikan topik penelitian.

Pelatihan dosen-dosen Fikom Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ) metodologi penelitian sosial kepada Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) Jakarta Barat di Jakarta, Jumat, 22 Januari 2020.
Foto: dok pribadi
Pelatihan dosen-dosen Fikom Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ) metodologi penelitian sosial kepada Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) Jakarta Barat di Jakarta, Jumat, 22 Januari 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Puspita, M.Si; Azhar Irfansyah, M.A.; M. Lukman Arifianto, M.Si; dan Prasojo, M.Si. (Tim Abdimas Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya)

Siapa saja bisa melakukan penelitian, tetapi tidak semua hal bisa diteliti. Pernyataan tersebut diutarakan Prasojo, M.Si ketika memberikan materi pelatihan metodologi penelitian sosial kepada Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) Jakarta Barat di Jakarta, Jumat, 22 Januari 2020. Pelatihan ini diikuti 13 peserta, termasuk Sekjen DPN SPRI Dika Moehammad.

Pelatihan itu dilakukan sebagai pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh dosen-dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ), yakni Ratna Puspita, M.Si; Azhar Irfansyah, M.A.; M. Lukman Arifianto, M.Si; dan Prasojo, M.Si. Pengabdian masyarakat merupakan bagian dari tridarma perguruan tinggi selain pengajaran dan penelitian.

Empat dosen Fikom UBJ memberikan pelatihan metodologi kepada SPRI karena sebagai organisasi masyarakat SPRI kerap melakukan penelitian. SPRI kerap melakukan penelitian terkait masyarakat miskin kota berserta dinamikanya dan upaya untuk menemukan solusi berdasarkan hasil penelitian.

Misalnya, beberapa waktu lalu, SPRI melakukan penelitian terkait survei kerentanan kesehatan dan sosial ekonomi warga miskin kota menghadapi pandemi Covid-19 di 35 Kelurahan di Jakarta dengan total responden sebesar 2.871. Hasil dari penelitian tersebut ditemukan kondisi warga miskin kota memiliki kerentanan terhadap Covid-19 di antaranya 87,2 persen tinggal di perkampungan padat, 39,5 persen responden tidak memiliki handsanitizer di rumah, 22,6 persen responden memiliki anggota keluarga yang berusia diatas 60 tahun yang merupakan usia rentan tertular Covid-19, dan 75,2 persen responden mengakui masih sering berpergian keluar rumah untuk urusan pekerjaan.

Pada satu kesempatan, pengurus SPRI menyatakan kebutuhan pelatihan metodologi penelitian sosial untuk riset-riset SPRI pada masa yang akan datang. Hal ini disadari oleh pengurus SPRI, bahwa mereka memiliki kelemahan dalam hal pemahaman dan penerapan metodologi penelitian mengingat latar belakang anggota SPRI bukan berasal dari kalangan akademisi.

Karena itu, empat dosen bersepakat untuk melakukan pelatihan metodologi penelitian sosial untuk mendukung kerja penelitian SPRI. Hal ini agar tiap hasil penelitian SPRI bisa menjadi landasan untuk pengambilan langkah-langkah strategis dalam mengatasi masalah masyarakat miskin kota di Jakarta. 

Prasojo mengatakan tidak semua hal dapat dijadikan topik penelitian. Ia pun menyarankan agar masalah penelitian sebaiknya spesifik. SPRI dapat mendasarkan masalah penelitian pada dua hal, yakni kebijakan dan peristiwa sosial. Kebijakan ini baik kebijakan nasional seperti keputusan presiden dan menteri, lokal seperti kebijakan gubernur, dan internasional seperti ada kebijakan yang terjadi di luar negeri dan relevan dengan kondisi anggota SPRI.

Sementara peristiwa sosial, yakni berbagai hal yang terkait atau dialami oleh anggota atau basis SPRI. Misalnya, anggota atau basis SPRI mengalami penggusuran maka dapat dilakukan penelitian terkait hal tersebut. Hal yang perlu diingat, yakni penelitian SPRI adalah penelitian yang berpengaruh langsung dan tidak langsung kepada anggota SPRI.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement